Pengaruh Implementasi MBG terhadap Makroekonomi Daerah Sebelum dan Sesudah Program Berjalan
KARYAWAN SPPG menyiapkan menu untuk MBG.-Dokumentasi Menko Polkam-
Pasca-implementasi, MBG menunjukkan peran sebagai penstabil inflasi. Di Jawa Tengah, laju inflasi turun menjadi 3,1% pada 2024, atau penurunan 0,7 poin dibandingkan tahun sebelumnya. Efek ini berasal dari peningkatan permintaan terstruktur bahan lokal, yang mendorong produksi domestik dan mengurangi ketergantungan impor.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menyerap 20% output pertanian lokal di daerah wilayah uji coba, menurut Kementerian Pertanian, sehingga menekan harga sayuran dan protein hewani sebesar 5-8%.
Studi komparatif mengungkap bahwa di NTT, inflasi regional turun dari 5,1% menjadi 4,2%, berkat inisiatif pengembangan pertanian organik yang terintegrasi dengan MBG. Namun, di daerah seperti Papua, di mana infrastruktur logistik lemah, penurunan inflasi hanya 0,3 poin, menandakan kebutuhan investasi tambahan.
Secara makro, MBG diproyeksikan menurunkan inflasi nasional sebesar 0,5-1 poin dalam jangka menengah, sesuai model simulasi BI. Bagi masyarakat, ini berarti harga barang kebutuhan pokok lebih terjangkau, sementara pemerintah dapat mengoptimalkan kebijakan moneter untuk fokus pada pertumbuhan.
Tantangan Implementasi dan Rekomendasi Kebijakan
Meskipun menjanjikan, implementasi MBG menghadapi tantangan seperti distribusi yang tidak merata dan risiko korupsi rantai pasok. Di daerah terpencil, keterlambatan pengiriman makanan mencapai 20%, yang dapat mengurangi kepercayaan masyarakat. Selain itu, peningkatan permintaan mendadak berpotensi menaikkan harga sementara jika pasokan tidak siap.
Rekomendasi utama meliputi: (1) Peningkatan koordinasi antar-daerah untuk rantai pasok nasional; (2) Monitoring digital menggunakan AI untuk transparansi; dan (3) Integrasi dengan program desa pintar untuk optimalisasi UMKM. Bagi pemerintah daerah, alokasi anggaran tambahan 10-15% untuk infrastruktur logistik diperlukan, sementara masyarakat dapat berpartisipasi melalui pengawasan komunitas.
MBG sebagai Katalisator Ekonomi Inklusif
Studi komparatif ini membuktikan bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap konsumsi rumah tangga, daya beli, dan laju inflasi wilayah. Dari pertumbuhan konsumsi 3-5% pasca-implementasi hingga penurunan inflasi 0,5-1 poin, MBG bukan hanya program sosial, tetapi juga instrumen makroekonomi yang strategis. Bagi masyarakat, program ini membuka peluang peningkatan kesejahteraan; bagi pemerintah, ia menjadi model kebijakan yang dapat direplikasi untuk target SDGs 2030.
Dengan komitmen berkelanjutan, MBG berpotensi mendorong PDB daerah tumbuh 1-2% tambahan dalam lima tahun ke depan. Mari kita dukung implementasi yang inklusif untuk masa depan Indonesia yang lebih sejahtera. (*)
Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.
(Sumber: BPS, BI, Kementerian Kesehatan, dan laporan resmi pemerintah. Pendapat merupakan analisis independen dan tidak mencerminkan kebijakan resmi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: