6 Pola Asuh Ala TikToker Mami Kenkulus, Rahasia Membentuk Kecerdasan Anak Sejak Dini

6 Pola Asuh Ala TikToker Mami Kenkulus, Rahasia Membentuk Kecerdasan Anak Sejak Dini

Potret keluarga Kenkulus.-Instagram @imchika-

Sejak bayi, Kenneth dikenalkan dengan buku dan aktivitas stimulatif yang disesuaikan dengan tahapan tumbuh kembangnya.

Pada fase awal, Chika menggunakan contrast book. Buku dengan warna-warna kontras dan pola geometris. Untuk membantu mempertajam kemampuan visualnya.

Selain itu, Kenneth rutin mendapatkan sensory play untuk melatih tujuh sistem sensori: visual, auditori, taktil, olfaktori, gustatori, vestibular, dan proprioseptif. Aktivitasnya sederhana. Yakni bermain tekstur, memindahkan benda, atau menyentuh berbagai material.

BACA JUGA:Tantangan dan Strategi Parenting Era Digital

BACA JUGA:Koala Parenting, Menekankan Kedekatan Orang Tua dan Anak

Kenneth sudah mampu berbicara sejak usia 8 bulan. Kemampuan itu terbentuk karena kebiasaan kedua orang tuanya untuk berbicara dengannya sejak ia berada dalam kandungan.

3. Membentuk Mindset Positif: “Belajar itu Menyenangkan”

Chika dan suaminya memiliki strategi unik. Mereka sering menggunakan istilah “belajar” saat beraktivitas. Akibatnya, Kenneth tumbuh dengan persepsi bahwa belajar adalah aktivitas menyenangkan. 

Pendekatan bahasa itu membantu Kenneth membangun asosiasi positif terhadap proses belajar. Bukan sebagai kewajiban. Melainkan kegiatan eksploratif yang membuatnya gembira.

4. Mengajarkan Empati dan Nilai Hidup Sedari Dini

Chika mengungkapkan bahwa prestasi terbesar dalam membesarkan Kenneth adalah ketika anaknya menunjukan empati. Ia percaya bahwa kecerdasan kognitif tidak ada artinya tanpa kecerdasan emosional.

BACA JUGA:Bedah Mitos Parenting Lama, Orang Tua Modern Harus Open Minded

BACA JUGA:Pentingnya Belajar Parenting Sebelum Menikah, Bangun Fondasi Keluarga Bahagia

Karena itu, Kenneth diperkenalkan pada perbuatan baik. Cara memperlakukan orang lain, hingga mengenal Tuhan sesuai umur dan pemahaman anak. Pendekatan itu penting. Stimulasi empati sejak dini membantu anak memiliki kontrol emosi yang lebih stabil saat dewasa.

5. Membiasakan Kompetisi dan Menghadapi Kegagalan


Stimulasi emosional yang tepat dapat membantu anak menerima kegagalan dengan lebih lapang dada. --Pinterest

Dalam keseharian di rumah, Chika sering memberikan permainan kompetitif ringan. Seperti memindahkan pom-pom atau balapan kecil untuk melatih kekuatan otot. Sekaligus memperkenalkan konsep menang-kalah.

Dia ingin Kenneth memahami bahwa kegagalan adalah hal wajar dan bagian dari proses belajar, bukan sesuatu yang harus ditakuti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: