Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (90): Satu Panggung, Tiga Cerita

Sementara itu, pemeran siluman, Li Gen, Shao Muhan, Wang Kaiwen, Zhao Ke, dan Yao Zelong menjalankan tugas dengan presisi. Terutama karena sesekali mereka harus melemparkan tombak yang ditangkap dan dilempar dengan mudah oleh Bai Suzhen. Entah menangkap pakai tangan, kaki, pukulan, atau tendangan.

The Great Immortal Herb Robbery menjadi semacam jeda emosional di antara dua drama besar. Lebih ringan, lebih teatrikal, tetapi tetap memamerkan kemampuan jingju memadukan komedi, tragedi, dan gerak akrobatik.

BACA JUGA:Fotografer Abadikan Ketangguhan dan Kisah Tersembunyi di Balik Tembok Besar Tiongkok

BACA JUGA:Sentuhan Restorasi di Situs Sangxidui, Tiongkok, Bangkitkan Kejayaan Masa Lalu Sichuan

Nah, pemungkasnya adalah Farewell My Concubine. Inilah drama yang juga bertabur kisah sejarah.

Ceritanya tentang Xiang Yu, panglima Chu, yang terkepung oleh pasukan Han di Gaixia. Malam terakhir sebelum kehancuran, ia duduk bersama kekasihnya, Lady Yu.

Lady Yu mencoba menghibur. Menari sambil memegang pedang. Tetapi, tangisnya tak terbendung. Tangis itu bukan hanya untuk kekalahan negara, tetapi untuk nasib Xiang Yu.

Adegan klimaksnya selalu sama: Lady Yu bunuh diri. 

Farewell My Concubine bukan hanya drama kekalahan. Ia adalah kisah pendek tentang kehormatan. 

THE RED LANTERN yang diperankan oleh Zhu Hong (kiri) dan Shen Wenii, 30 Oktober 2025.-Doan Widhiandono-

Tiga pertunjukan berurutan itu memberi gambaran utuh tentang Beijing Opera bekerja. Ia tidak hanya menyajikan cerita. Kisahnya membawa memori yang dipersembahkan melalui racikan paten mereka: ilusi, musik, gerak, dan stilasi.

Pementasan sore itu juga memperlihatkan satu hal: Beijing Opera masih punya energi untuk menarik generasi muda. Sebagian jurnalis terlihat asyik menikmati pertunjukan. Sebagian lagi sibuk mengayun-ayunkan kamera untuk merekam… (*/bersambung)

 

 

Sumber: