Misteri Kematian Guru SMPN 46 OKU, Sumsel: Teka-teki Sarung Tangan
ilustrasi pembunuhan--
BACA JUGA:Guru Cabul di Tangerang, Cegahlah dengan DOA
Sayidatul belum punya pacar. Setidaknya, ibunda dia, Kasiyati, kepada wartawan, mengatakan bahwa Sayidatul belum pernah cerita ke ibunda soal pacar. Cita-cita Sayidatul sejak kecil adalah guru.
Sayidatul hidup sangat sederhana. Dia tinggal di kamar kos, sepeda motor miliknyi biasa dimasukkan ke kamar itu. Motor tersebut kendaraan untuk bekerja. Kesederhanaan hidup Sayidatul dirasakan sang ibunda saat menjenguk dan menginap di sana pada 21 Oktober 2025.
Kasiyati: ”Kamar kosnya itu daerah terpencil. Waktu saya menginap di sana, ada ular masuk. Untung bisa kami bunuh. Waktu saya tidur di sana juga mimpi buruk. Mimpi ada bayi mati.”
BACA JUGA:Hati-Hati bila Guru Minta Pijit Murid
BACA JUGA:Guru SMKN di Jakarta Gesek Bokong Siswi
Lokasi SMPN 46 cukup jauh dari kamar kos itu. Juga, di pelosok terpencil. Di sana cuma ada tiga ruang kelas dan beberapa guru. Dipimpin Kasek Nuraisyah.
Perjalanan motor Sayidatul ke sana lebih dari dua jam. Antara lain, melewati jalan makadam dan jalan tanah yang saat hujan licin. Dia biasa berangkat saat hari masih gulita, sebelum pukul 05.30.
Kasiyati: ”Waktu dia berangkat mengajar, saya pesankan hati-hati di jalan berbatu (makadam). Juga, hati-hati di jalan tanah yang licin.”
Sesungguhnya ibunda kasihan melihat kehidupan sehari-hari Sayidatul. Perjuangan keras dalam kesederhanaan hidup. Tapi, rasa kasihan disimpan Kasiyati dalam hati.
Kasiyati: ”Karena, dia sangat bersyukur diangkat jadi guru PPPK. Dia semangat sekali mengajar di tempat terpencil. Giat sekali. Setiap saat dia cerita soal murid-muridnya. Memang, sejak kecil cita-citanya jadi guru. Saya jadi tidak tega mengasihani dia. Jadi, saya tidak mengucap kasihan.”
Terakhir Kasiyati berkomunikasi dengan anaknyi itu lewat HP pada Selasa, 18 November 2025.
Kasiyati (kali ini menangis): ”Katonyo, hari Kamis (21 Novemeber 2025) nak ke Baturaja naik motor. Dia ada keperluan ke sana. Aku cuma pesankan hati-hati di jalan. Sekarang dia sudah tiada.”
Jenazah Sayidatul ditemukan kali pertama oleh tetangga bernama Resta, 27, Rabu malam, 19 November 2025. Resta kepada wartawan mengatakan, dia melihat Sayidatul berangkat mengajar di pagi buta, hari itu. Kemudian, pulang menjelang sore.
Resta: ”Saat hari sudah gelap, saya lihat motor dia masih di luar. Itu tidak biasanya. Maka, saya memanggil-manggil dia. Tidak ada jawaban. Saya mengetuk kamarnya, juga tidak dibuka.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: