PT Bukit Asam dan Revolusi Juni di Sawah Lugusari: PLTS Irigasi Tanpa Baterai, Panen Tanpa Hujan
PLTS Irigasi Lugusari, Pringsewu, Lampung mengaliri 380 hektare sawah yang digarap 267 petani.-Salman Muhiddin-Harian Disway
Dulu, Juni itu bulan “mati” bagi petani padi di Desa Lugusari, Pringsewu, Lampung. Sawah kering dan retak-retak. Tak ada yang bisa ditanam, apalagi dipanen. Hidup mereka bergantung pada musim hujan. Selebihnya? Pasrah.
Kini, di 2025, Juni justru jadi awal musim tanam kedua. Bukan karena hujan lebih dermawan. Tapi karena matahari diajak bekerja.
Di tepi sungai, 40 panel surya berdiri di lahan 420 meter persegi. Tak megah. Tak berisik. Namun, pompa yang mereka gerakkan mampu mengalirkan air ke 380 hektare sawah. Diraskan 267 petani.
Listriknya gratis. Tak pakai BBM. Tak ada tagihan. Hasilnya? Padi tumbuh seolah tak tahu kemarau itu masih ada.
Pompanya menyala otomatis saat fajar, berhenti saat senja. Tapi itu tak jadi soal: sawah tak perlu disiram malam-malam.
Itulah karya PT Bukit Asam (PTBA), perusahaan batu bara yang menanam harapan hijau di tengah sawah kering.
PLTS Irigasi Lugusari, berkapasitas 23,4 kWp, adalah bagian dari sembilan proyek serupa yang mereka bangun di Sumatera (lihat grafis).

PLTS Irigasi yang dibangun PT Bukit Asam.-Salman Muhiddin-Harian Disway
Panelnya bukan monumen teknologi. Bukan pula instalasi seni. Itu jantung pemompa kehidupan petani. Diresmikan 28 Oktober 2024, tanggal yang mungkin kelak dicatat sebagai “Hari Kemerdekaan Pangan” bagi warga Lugusari.
Pompa dan PLTS itu menjadi upaya PTBA dalam mendorong program swasembada pangan di Lampung: provinsi di ujung selatan Sumatera yang kini jadi produsen padi terbesar kelima di Indonesia.
Tapi potensi itu tak merata. Di daerah berbukit seperti Lugusari, sawah sering “mati” karena letaknya lebih tinggi dari sungai.
Dari Lugusari kita belajar bahwa proyek panel surya itu sepertinya lebih cocok dioptimalkan di sawah daripada di kota. Di banyak tempat, ia cuma jadi hiasan yang dipasang saat peresmian, lalu dibiarkan berdebu.
Di Lugusari, panel surya jadi alat merdeka: dari kemarau, dari pasrah, dari ketergantungan pada langit yang tak pernah bisa ditebak.
Panel surya di sana, bukan soal proyek potong pita. Bukan CSR asal ada. Ini jawaban nyata atas pertanyaan yang sering dilontarkan dengan nada sinis: “Bisakah BUMN tambang berpikir hijau?” Jawabannya: bukan cuma bisa, tapi sudah.

PLTS Irigasi Lugusari, bantuan CSR PT Bukit Asam.-Salman Muhiddin-Harian Disway
Panen Tiga Kali, Seperti Mimpi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: