PT Bukit Asam dan Revolusi Juni di Sawah Lugusari: PLTS Irigasi Tanpa Baterai, Panen Tanpa Hujan

PT Bukit Asam dan Revolusi Juni di Sawah Lugusari: PLTS Irigasi Tanpa Baterai, Panen Tanpa Hujan

PLTS Irigasi Lugusari, Pringsewu, Lampung mengaliri 380 hektare sawah yang digarap 267 petani.-Salman Muhiddin-Harian Disway

Mining Industry Indonesia (MIND ID), holding BUMN pertambangan, mengajak Harian Disway ke Lugusari pada 15 Oktober 2025. Tak ada pejabat tinggi yang dihadirkan untuk membuat narasi. Petani diminta bercerita sendiri.

“Sudah kayak mimpi. Kami enggak pernah menanam sampai tiga kali,” kata salah satu petani Lugusari, Andi Kurniawan. Di hadapannya, padi yang ditanam Juni sudah dipanen. Kelompok petani (poktan) bersiap kerja lagi untuk kali ketiga di pengujung 2025. Pertama dalam sejarah.

Kebahagian Andi dan kawan-kawan tak berhenti di sana. Gabah dihargai Rp6.500 per kilogram, dan Bulog datang langsung ke desa. Tak ada lagi cerita petani dikepung tengkulak atau terpaksa jual murah saat panen raya.

“Jaman Pak Prabowo ini pupuk enak banget. Harga terjangkau, nyari gampang. Ditambah air lancar dari PLTS, lengkap sudah kebahagiaan kami,” lanjut Andi.


Sekdes Lugusari, Sumitro menerangkan cara kerja PLTS Irigasi bantuan PT Bukit asam yang tak perlu baterai untuk menghidupkan pompa.-Salman Muhiddin-Harian Disway

Yang paling cerdas dari proyek ini? Tidak pakai baterai.

“Di wilayah terpencil, baterai perlu buat malam hari. Tapi di sini, irigasi cuma butuh siang, pas matahari terik. Ngapain beli baterai yang mahal dan ribet?” ujar Yuliarmansyah, Humas Senior PTBA.

Desainnya simpel: on-grid without battery. Efisien. Minim perawatan. Biaya operasional: nol rupiah seumur panel.

Model itu persis seperti yang direkomendasikan IRENA (International Renewable Energy Agency). Irigasi tenaga surya bisa meningkatkan hasil panen di negara berkembang, sekaligus menghentikan polusi genset diesel yang boros, bising, dan mahal.

PLTS Irigasi ala PTBA tak sekadar mengikuti teori. Lugusari sudah membuktikannya.

Solusi seperti itu bisa direplikasi di ribuan desa. Cukup dengan panel surya, pipa air, dan niat baik yang lahir dari suara petani yang tahu betul mana yang dibutuhkan.

PTBA, yang selama ini dikenal sebagai perusahaan “batu hitam”, justru menunjukkan bahwa program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) bukan soal pamer, tapi soal mengubah nasib. 

Mereka tak menulis keberlanjutan di laporan tahunan, mereka menanamnya di lumpur sawah. Menumbuhkan senyuman bagi Andi dan petani lainnya. Di balik senyum petani Lugusari, ada sesuatu yang perlu ditularkan ke ribuan desa lain: optimisme.

Bukan karena alam lebih ramah. Tapi karena mereka kini pegang kendali, dibantu matahari yang selama ini cuma jadi saksi kepasrahan.


Foto udara PLTS Lugusari, Pringsewu, Lampung yang merupakan CSR PT Bukit Asam memiliki 40 panel surya.-Mukhtamir-

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: