Benturan Danantara

Benturan Danantara

ILUSTRASI Danantara: Lompatan Besar atau Sekadar Mimpi Besar?-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

TRANSFORMASI badan usaha milik negara (BUMN) sudah memasuki tahap akhir dengan dibentuknya Badan Pengelola Investasi Danantara. Perjalanan panjang yang dimulai sejak akhir Orde Baru itu melahirkan superholding yang disebut-sebut beraset USD900 miliar atau sekitar Rp1.510 triliun (dengan kurs Rp16.800 per USD). 

Aset sebesar itu tak lain karena Danantara mengelola BUMN strategis seperti BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Pertamina, Telkom, Mind ID, dan PLN. Nanti Danantara mengelola lebih dari 1.000 korporasi, BUMN, dan anak-cucunya. BUMN sebanyak itu akan direstrukturisasi hingga menjadi 200-an saja. 

Lalu, ke mana investasi Danantara? Ke proyek-proyek strategis dalam negeri, pasar modal, dan instrumen keuangan lain. Proyek-proyek strategis itu terutama ke energi terbarukan, infrastruktur digital, pangan, serta manufaktur elektronik dan kendaraan listrik. 

BACA JUGA:Danantara Desa

BACA JUGA:Mission (Im)possible Danantara: Mesin Investasi atau Instrumen Geopolitik?

Bukan itu saja. Danantara juga berencana masuk ke investasi perkampungan haji di Makkah, Arab Saudi. Pun, ke sektor-sektor pangan yang tampaknya bukan proyek strategis. 

Kelihatannya Danantara sudah kehilangan fokus di tahun pertama operasi ini. Misalnya, soverigne welth fund yang disebut-sebut meniru Temasek Singapura itu akan masuk ke usaha peternakan. Danantara mengalokasikan investasi Rp20 triliun untuk mengembangkan usaha peternakan ayam pedaging dan petelur. Dalihnya, mendukung program unggulan pemerintah, yakni Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Bukan hanya Rp20 triliun, Danantara sudah mengalokasikan investasi di sektor pangan itu hingga Rp371 triliun. Programnya, hilirisasi pertanian, perkebunan, dan peternakan.  

BACA JUGA:Danantara, Kopdes Merah Putih, dan State Capitalism ala Prabowo

BACA JUGA:Hatta dan Danantara

Masuknya Danantara di sektor peternakan itu pasti bakal berbenturan dengan usaha rakyat. Apalagi, sampai saat ini belum terjadi kekurangan suplai. Itu menandakan usaha rakyat masih mampu memenuhi kebutuhan daging ayam dan telur untuk mendukung MBG.

Di daerah-daerah, Tulungagung-Blitar, misalnya, dampak MBG itu cukup dirasakan usaha rakyat. Harga daging ayam, misalnya, saat ini stabil di harga Rp40 ribu per kg. Harga yang cukup baik bagi usaha peternakan ayam pedaging skala kecil-menengah. Begitu juga harga telur yang berada di sekitar Rp30 ribu per kg. 

Perubahan konsumsi sebagai dampak program MBG itu memang meningkatkan permintaan daging ayam dan telur. Nmaun, masuk cukup terkendali. Juga, buah-buahan seperti pisang, pepaya, dan jeruk. Harga komoditas buah lokal itu pun cukup stabil karena permintaan MBG tersebut. 

BACA JUGA:Menggugat Independensi BPI Danantara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: