Profesi Farmasi di Era Modern: Saatnya Apoteker Maju ke Garis Terdepan
Farmasi dan Ilmu Kesehatan-aleksandarlittlewolf-freepik.com
SAAT saya menempuh pendidikan di jurusan farmasi, hampir semua orang yang saya temui mengajukan pertanyaan yang sama, “Kuliah farmasi itu jadi apa? Jadi apoteker ya? Kerja di apotek saja kan?”
Pertanyaan itu terlihat sepele, tetapi sesungguhnya mencerminkan betapa sempitnya pandangan masyarakat terhadap profesi farmasi.
Banyak yang mengira farmasi hanya sebatas menjaga apotek, padahal farmasi adalah ilmu yang mempelajari obat dari tahap penemuan molekul, proses produksi, pengawasan mutu, hingga memastikan obat digunakan secara aman dan efektif oleh pasien.
Profesi tersebut tidak berdiri di belakang etalase obat semata, melainkan menjadi bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang sangat luas.
Menurut saya, profesi farmasi saat ini sedang berada di titik paling krusial dalam sejarah perkembangan kesehatan. Teknologi medis berkembang begitu cepat, penyakit menjadi semakin kompleks, dan masyarakat menuntut pelayanan yang bukan hanya cepat tetapi juga aman serta berbasis ilmu pengetahuan.
Karena itu, apoteker tidak boleh lagi hanya bekerja ”di balik layar”. Apoteker harus menjadi bagian terdepan dalam menjaga keselamatan pasien.
Dahulu, akar profesi farmasi lekat dengan peracikan ramuan tradisional dari tanaman obat. Pengetahuan diwariskan dari pengalaman turun-temurun. Kini farmasi telah berevolusi menjadi ilmu yang menggabungkan biologi, kimia, fisika, serta ilmu molekuler untuk memahami cara obat bekerja hingga ke tingkat paling kecil di dalam tubuh.
Farmakologi, misalnya, adalah ilmu yang mempelajari bagaimana obat memengaruhi tubuh, sedangkan farmakokinetik menggambarkan bagaimana tubuh memproses obat melalui penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Dengan memahami ilmu tersebut, apoteker dapat memprediksi efek obat terhadap berbagai kondisi pasien yang berbeda.
Contoh nyatanya adalah penggunaan obat kanker seperti trastuzumab, yang hanya efektif pada pasien dengan ekspresi protein tertentu di sel kanker. Penemuan semacam ini tidak akan pernah muncul jika farmasi masih terjebak dalam cara lama.
Peran apoteker di rumah sakit pun sangat penting. Di fasilitas pelayanan kesehatan, apoteker klinis bukan sekadar menyiapkan obat, tetapi terlibat langsung dalam proses terapi. Mereka memeriksa dosis, menilai kemungkinan interaksi antarmenu obat, serta memberikan edukasi kepada pasien agar obat dapat digunakan secara benar dan aman.
Medication error atau kesalahan pengobatan adalah ancaman nyata. Sebuah kasus yang pernah terjadi di berbagai negara menunjukkan bahwa pasien lanjut usia yang mengonsumsi kombinasi obat tertentu dapat mengalami penurunan tekanan darah drastis hingga pingsan.
Jika apoteker klinis terlibat sejak awal, kesalahan seperti ini bisa dicegah. Sayangnya di Indonesia, kontribusi apoteker klinis masih belum sepenuhnya dihargai sebagai bagian yang fundamental dalam keselamatan pasien.
Di apotek komunitas, apoteker justru menjadi wajah pertama layanan kesehatan. Ketika seseorang mengalami batuk, pilek, atau demam, mereka lebih memilih datang ke apotek daripada ke rumah sakit.
Di sini apoteker menjadi sumber informasi kesehatan yang paling mudah diakses. Misalnya, ketika ada pasien yang meminta antibiotik untuk flu, apoteker akan menjelaskan bahwa flu disebabkan oleh virus sehingga antibiotik tidak bermanfaat, dan justru berpotensi menyebabkan resistansi antibiotik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: