Pemanfaatan AI dalam DKV: Saling Mendukung atau Menelikung?
ILUSTRASI Pemanfaatan AI dalam DKV: Saling Mendukung atau Menelikung?-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
DITENGARAI, ada dua kubu yang saling berseberangan dalam menyikapi kedatangan AI (akal imitasi) di jagat desain komunikasi visual (DKV). Mengapa ada pihak yang sangat ketakutan atas hadirnya AI.
Di sudut lainnya, ada yang menyatakan AI adalah sahabat karib. Kehadirannya senantiasa ditunggu. Bahkan, keberadaannya dinantikan. Tujuannya? Untuk diajak kerja kolaborasi kreatif guna memecahkan masalah komunikasi visual yang dihadapi siapa pun.
Terlepas kemunculan oposisi biner atas kehadiran AI. Sejatinya AI merupakan hasil kreativitas manusia yang sudah dibekukan dalam wujud bahasa mesin. Hal itu merupakan keyakinan kelompok optimis bin progresif.
BACA JUGA:Tantangan dan Peluang AI bagi Kreativitas DKV
BACA JUGA:Prodi DKV dan SI Universitas Dinamika Raih Akreditasi Unggul
Mereka memandang AI sebagai teman sekaligus sahabat. Mereka memosisikan AI sebagai alat. Dimanfaatkan untuk mempercepat proses menemukan dan mengeksekusi ide yang berkelindan di dalam otak. Organ tubuh terhormat manusia bertugas memproduksi gagasan dengan mengedepankan kreativitas tinggi.
OPTIMIS VS PESIMIS
Sebaliknya, bagi kelompok desainer komunikasi visual yang mengedepankan perasaan pesimis. Serta, senantiasa memelihara zona nyaman. Menganggap AI musuh bebuyutan. Mereka meyakini.
Penetrasi AI dalam ranah DKV akan mematikan profesinya sebagai desainer komunikasi visual. Pendapat umum dalam kelompok pesimis. Kelompok itu menyatakan, AI menyebabkan desainer komunikasi visual kehilangan pekerjaannya. Benarkah demikian?
BACA JUGA:Tapak Sena: Komik Buatan Mahasiswa DKV ITS, Suarakan Isu Limbah Makanan Anak-Anak
Tentu saja anggapan itu ditepis kelompok optimis serta progresif. Baginya, sudut pandang rekan-rekanita yang pesimistis dirasa sangat memprihatinkan. Untuk itu, mereka harus dibantu. Wajib diinfuskan energi optimis dengan senantiasa mengedepankan kreativitas serta ditopang kecerdasan visual yang signifikan.
Bagaimana menumbuhkan sikap optimis dari kelompok pesimis yang merasa diganggu serta dihantui kehadiran AI di ruang publik digital? Berdasar catatan risalah sejarah, AI itu menjadi bagian dari revolusi industri ketiga.
Dalam catatan penulis, revolusi industri 3.0 ditandai hadirnya teknologi baru berbasis internet. Dari sanalah muncul peradaban baru. Dimasukkan ke peradaban budaya layar dan budaya digital.
Bagi rekan-rekanita yang mengimani ilmu desain komunikasi visual. Apakah berkarya nyata di industri desain komunikasi visual sebagai praktisi. Atau, berprofesi sebagai dosen. Bekerja di lingkungan industri pabrik gelar kawasan sentra industri pendidikan. Seyogianya menyikapi kehadiran AI sekadar alat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: