Pemanfaatan AI dalam DKV: Saling Mendukung atau Menelikung?
ILUSTRASI Pemanfaatan AI dalam DKV: Saling Mendukung atau Menelikung?-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Rekan-rekanita yang menyandarkan diri lewat ilmu desain komunikasi visual harus menguasai AI. Terpenting, kehadiran AI wajib dikolaborasikan dengan imajinasi kreatif yang mengedepankan kreativitas.
Mengapa harus demikian? Jika tidak menjalankan hal itu, Anda akan dilibas dan dikuasai AI berikut ahli AI.
Sejujurnya, AI merupakan proses mendokumentasikan data. Berasal dari pemikiran serta kreativitas yang pernah dipublikasikan dan dibagikan lewat internet. Jejak digital itu kemudian dibaca mesin algoritma menjadi data.
Selanjutnya, disimpan mesin algoritma. Kumpulan data digital disusun secara rapi, terstruktur, sistematis, dan masif. Kemudian, disebut jiwanya AI.
Harus diakui, AI mampu mengadopsi, meniru, mencontoh pikiran, dan rekaman otak manusia yang sudah dimediasikan melalui internet. Sementara itu, AI belum terbukti memiliki imajinasi dan belum terbukti memiliki nalar perasaan.
Kehebatan otak manusia terletak pada kekuatan daya pikir, daya nalar, dan imajinasi. Gumpalan otak manusia memiliki ruang publik untuk pementasan theatre of mind. Storytelling, adegan, akting yang dilakukan otak dalam pementasan theatre of mind sangat kaya raya dengan visualisasi.
Imajinasi yang berkelindan di dalam otak manusia sangat luas, besar, dan penuh warna. Selain itu, di dalam otak manusia bersemayam nalar perasaan dan akal pikiran. Mereka saling berangkulan dengan mesra. Otak manusia senantiasa bekerja keras atas inisiatif dari sang pemilik otak.
Untuk rekan-rekanita yang masih pesimis atas kehadiran AI. Penyebabnya ditengarai kemampuan mengelola kreativitas mulai macet. Kecerdasan visualnya sudah mulai beku. Jika semuanya itu terjadi, ada baiknya mengingat kembali hal yang paling mendasar dari ilmu desain komunikasi visual.
SEKADAR ALAT
AI dalam DKV diyakini menjadi sesuatu yang saling melengkapi. Mengapa dikatakan demikian? Sebab, keberadaannya senantiasa menjalankan kerja sama secara egaliter. Untuk itu, jalinan persahabatan antara AI dan DKV harus dielaborasi.
Mereka berdua wajib dikawinkan agar menghasilkan keturunan ideologis yang cerdas dan kreatif. Atas dasar itulah, industri kreatif DKV, desainer komunikasi visual, dan pendidikan tinggi DKV, disarankan bersedia menjalankan kerja kolaborasi kreatif bersama AI.
Mengapa harus demikian? Sebab, AI terbukti membantu pengayaan gagasan desain, membuat varian visual baru guna menguatkan industri kreatif DKV, desainer komunikasi visual, ilmu desain komunikasi visual, dan lembaga pendidikan desain komunikasi visual.
Percayalah, AI tidak akan mematikan atau memusnahkan ekstensi desain komunikasi visual bersama pernak-pernik lainnya. Pun, desainer komunikasi visual. Justru sebaliknya, kemunculan AI dalam DKV saling mendukung. Bukan malah menelikung.
Mengapa demikian? Sejujurnya, harus diakui, AI mempunyai kelemahan fundamental. Antara lain, pertama, AI tidak memiliki kemampuan berpikir kreatif.
Kedua, AI tidak mampu berpikir secara logis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: