Pemanfaatan AI dalam DKV: Saling Mendukung atau Menelikung?

Pemanfaatan AI dalam DKV: Saling Mendukung atau Menelikung?

ILUSTRASI Pemanfaatan AI dalam DKV: Saling Mendukung atau Menelikung?-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Ketiga, AI tidak memiliki rasa empati. Keempat, AI tidak memiliki sikap bijaksana. Kelima, AI baru hadir kalau diperintah. Artinya, AI nir-inisiatif, pasif, dan tidak mampu berimajinasi secara holistik.

Maka, bagi desainer komunikasi visual, industri DKV, ilmu desain komunikasi visual dan lembaga pendidikan desain komunikasi. Sebaiknya, AI digunakan sekadar alat! Jangan didewakan! Dilarang diposisikan sebagai kekuatan super. Artinya, segalanya harus ditentukan AI.

Disarankan, keberadaan AI didudukkan sebagai referensi visual. AI harus ditempatkan sebagai salah satu cara pandang desainer komunikasi visual untuk menyempurnakan konsep berpikir desain. 

Dengan bantuan AI, desainer komunikasi visual dimudahkan dalam mengedepankan proses berpikir kreatif lewat panduan kerja design thinking. Dari sana diharapkan mampu menghasilkan konsep problem solving komunikasi visual yang  bersifat solutif, komunikatif, unik dan menarik. 

Semua proses itu akan bermuara pada karya desain komunikasi visual yang mengedepankan unsur kebaruan (novelties).

Jujur, harus diakui, sejatinya AI merupakan hasil kerja kolaborasi digital yang salah satu kreatornya berasal dari disiplin ilmu desain komunikasi visual. 

Mereka menjadi pemasok untuk produk design characters, visual assets, digital assets, intellectual property, visual icons and symbols, font design, corporate colors, visual illustrations

Mereka juga menciptakan bahasa gambar berwujud simbol gift dan berlian yang menjadi objek saweran TikTok live. (*)

*) Sumbo Tinarbuko adalah pemerhati budaya visual dan dosen komunikasi visual, FSRD, ISI, Yogyakarta.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: