Hadirkan Nuansa Bali dalam Peringatan 4 Tahun Teh Villa Gallery Surabaya: Empat Pelukis, Satu Tradisi

Hadirkan Nuansa Bali dalam Peringatan 4 Tahun Teh Villa Gallery Surabaya: Empat Pelukis, Satu Tradisi

GENERASI BUDAYA BALI karya I Made Ariasa yang dipamerkan di Teh Villa Gallery, menyita perhatian Ella Rosidatul Fauziyah pada Sabtu, 20 Desember 2025.-Ilmi Bening-Harian Disway

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Catur Warsa: Realisme Bali menjadi tema yang Teh Villa Gallery usung untuk merayakan anniversary ke-4 tahun ini. Empat pelukis asal Bali menyuguhkan keindahan dan keseharian Pulau Dewata dalam lukisan. 

Alunan musik tradisional Bali menyapa lembut para pengunjung yang memasuki area galeri pada Sabtu siang, 20 Desember 2025, itu. Bangunan dua lantai itu menawarkan keleluasaan. Pengunjung bisa menyusuri tiap selasarnya dengan lega, sembari menikmati lukisan-lukisan yang ada di sana.

“Selamat datang semuanya. Izinkan saya menjelaskan sedikit tentang pameran ini,” kata Arum Purbohesthining Tyas, resepsionis galeri, kepada para pengunjung. Dia lalu menjelaskan tentang pameran terbaru bernuansa Bali di galerinya.

Galeri yang terletak di Jalan Raya Rungkut Industri itu beroperasi tiap hari mulai pukul 09.30 WIB sampai pukul 15.00 WIB. “Sebenarnya galeri ini program amal dari perusahaan kami. Sebanyak 100 persen hasil penjualan tiketnya didonasikan untuk anak-anak panti asuhan,” terang Tyas kepada Harian Disway

BACA JUGA:Sabda Telah Menjadi Rupa: Refleksi Iman dan Pelayanan Dua Imam Katolik di Galeri Merah Putih Surabaya

BACA JUGA:Swiss-Belinn Tunjungan Surabaya Ubah Hotel Jadi Galeri Seni, Hadirkan Pameran Lukisan Setahun Penuh

Dua perempuan muda melangkahkan kakinya ke galeri sekitar pukul 13.00 WIB. Mereka tampak sangat menikmati lukisan-lukisan yang ada di sana. Semakin sore, kian banyak pengunjung yang datang. Hari itu, mereka menikmati atmosfer Bali yang dihadirkan oleh tiap lukisan di sana.

“Sangat senang bisa datang. Sangat bagus-bagus. Keren sih. Saya pencinta lukisan juga, makanya tertarik buat ke sini,” ucap Ella Rosidatul Fauziyah yang datang dari Rungkut.

I Nyoman Suandi, I Nyoman Tulus, I Made Ariasa, dan I Nyoman Sana memperkenalkan tradisi, pemandangan alam, kehidupan desa, dan keseharian masyarakatnya lewat Catur Warsa: Realisme Bali.

“Ada juga lukisan yang memang sudah dipajang sejak lama di sini. Misalnya yang lukisan orang duduk sambil berdoa, serta lukisan di area spot burung-burung yang ada di lantai dua,” ujar Tyas. 


BURUNG-BURUNG KERTAS menghiasi langit-langit galeri lantai dua yang menyuguhkan lukisan dan instalasi origami berbentuk burung.-Ilmi Bening-Harian Disway

BACA JUGA:Collector’s Spotlight Orasis Art Space Tampilkan 10 Lukisan Sambut Libur Natal dan Tahun Baru

BACA JUGA:Lukisan Black Madonna dan Tradisi Penghormatan Warga Polandia pada Bunda Maria Jelang Natal

Lukisan orang duduk sambil berdoa itu melambangkan kesamaan manusia sebagai umat beragama. “Kegiatan duduk dan berdoa itu milik semua agama. Bisa Hindu, Budha, Islam, dan sebagainya. Meski demikian, tidak butuh banyak gambar untuk melukiskannya,” papar Tyas. 

Lukisan bertajuk Generasi Budaya Bali karya I Made Ariasa menunjukkan kehangatan tradisi. Seorang tetua digambarkan sedang mendongeng dan berbagi pengetahuan kepada anak-anak muda. Wayang menjadi alat peraganya. Ekspresi anak-anak muda itu tampak serius menyimak dongeng si tetua.

“Realisme Ariasa mengingatkan bahwa budaya tidak hanya hidup di pura dan upacara besar. Tetapi juga di ruang kecil, tempat cerita diwariskan dari mulut ke telinga.” Demikian bunyi keterangan yang menyertai lukisan. 

Di lantai 2 ada spot yang Instagramable. Yakni, sekumpulan origami burung yang digantungkan pada langit-langit. Di sana, ada pula lukisan yang menggambarkan berbagai spesies burung. 

BACA JUGA:Harta Seni Tiongkok yang Hilang Akhirnya Kembali, Koleksi Lukisan dan Kaligrafi Langka Dipamerkan di Shanghai Museum

BACA JUGA:Pameran Lukisan Ya Jagadku Ya Jagadmu, Eksplorasi Jagad Dua Perupa

Juga, ada seni instalasi melibatkan sumur di ruangan itu. Instalasi bertajuk Cahaya dan Ilusi Berpadu itu dikreasikan oleh tim Teh Villa Gallery. Pada keterangan yang tertempel di sebelahnya tertulis bahwa cahaya tidak sekadar menyinari, tetapi juga memberikan penglihatan mengenai kedalaman yang tidak berujung.

Di ruangan sebelahnya, I Nyoman Sana memamerkan lukisan bertajuk Wujud Syukur. Ada sungai yang mengalir tenang, pepohonan yang rimbun, dan rumah-rumah. Lukisan itu merekam kehidupan pedesaan dengan apik. 

“Lukisan ini adalah ucapan terima kasih yang besar kepada kehidupan,” ungkap I Nyoman Sana seperti dituliskan di katalog. 

Pesan empat pelukis melalui karya masing-masing tersampaikan dengan cara yang luar biasa ke hati para penikmatnya. Empat pelukis Bali yang diundang untuk memamerkan karya dalam peringatan anniversary ke-4 Teh Villa Gallery itu punya satu benang merah yang sama. Yakni, tradisi Bali.


SUMUR dalam seni instalasi Cahaya dan Ilusi Berpadu disuguhkan oleh tim kreatif Teh Villa Gallery sebagai bagian dari pameran.-Ilmi Bening-Harian Disway

BACA JUGA:YKAI Gelar Pameran Lukisan Anak Bertajuk Terima Kasih Ayah dan Bunda di Surabaya

BACA JUGA:Semarak HUT RI ke-80, Wyndham Surabaya Gelar Pameran Lukisan, Wagub Emil Dardak Hadir Beri Dukungan Penuh

“Lukisannya lumayan bagus. Semoga pameran seperti ini bisa berlanjut terus,” harap Salsabilla Nathania, pengunjung asal Sidoarjo. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: