Haul Gus Dur Ke-16: Menghidupkan Warisan ’Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat’

Haul Gus Dur Ke-16: Menghidupkan Warisan ’Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat’

FOTO ILUSTRASI Gus Dur saat berkomunikasi dengan semua kompunen bangsa dari berbagi latar belakang. -Dok Ansor Art.-

BACA JUGA:Mega Gus Dur

Agenda utama malam itu adalah tiga tausiah, dengan yang terakhir disampaikan istri Gus Dur, Nyai Hj Sinta Nuriyah Wahid, yang hadir sebagai ”ibu bangsa, ketua gerakan nurani bangsa, dan pejuang mandiri”.

Dalam tausiahnya, Nyai Sinta menyampaikan bahwa jiwa Gus Dur sangat melekat dengan rakyat, terlihat dari perjalanan hidup dan kepemimpinannya. ”Gus Dur turun ke tengah-tengah masyarakat menjadi rakyat biasa dan memulai perjuangannya dari rakyat dan untuk rakyat,” ujarnya. 

Bahkan, sampai sekarang, masyarakat Papua masih selalu merindukan Gus Dur –bahkan kadang memanggilnya sebagai pengganti rasa rindu tersebut. Rasa rindunya itu, menurutnya, adalah cermin kedekatan Gus Dur dengan rakyat yang diperjuangkannya.

Kedekatan perjuangan Gus Dur dengan kebutuhan dan kepentingan rakyat membuatnya memperoleh legitimasi dan dukungan luas, yang mencapai puncaknya ketika ia terpilih sebagai presiden. ”Terpilihnya Gus Dur bukan demi kepentingan politik, melainkan murni atas kehendak rakyat,” tegas Nyai Sinta. 

Sebelum menjadi presiden, saat memimpin NU, Gus Dur telah menggunakan otoritasnya untuk membela kepentingan rakyat, terutama kaum minoritas yang kerap mengalami ketidakadilan seperti dalam kasus persekusi Ahmadiyah dan pelarangan ibadah –bahkan ketika harus berhadapan dengan rezim otoriter dan represif.

Selama 20 bulan menjabat presiden, Gus Dur terus menggunakan kekuasaannya untuk rakyat dengan membuka istana seluas-luasnya dan memperjuangkan kesejahteraan. 

”Gus Dur telah memberikan contoh kepemimpinan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat meski harus rela kehilangan jabatan sebagai presiden,” katanya. 

Selain tausiah, acara dimeriahkan dengan penyerahan karya seni dan penampilan musik yang berfungsi sebagai media refleksi sosial dan budaya, berlangsung hingga larut malam dengan harapan memperkuat semangat kebangsaan dan toleransi.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat kepada almarhum KH Abdurrahman Wahid dan memberkahi semua upaya untuk menghidupkan warisannya. 

Semoga kita terinspirasi untuk berinovasi dalam membangun ruang partisipasi rakyat yang lebih luas, memastikan bahwa demokrasi kita benar-benar ”dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. 

Mari kita jadikan legasi Gus Dur sebagai pemicu untuk menjadi generasi yang penuh kasih, toleran, dan tegas membela keadilan. Sebab, hanya dengan demikian, bangsa Indonesia akan terus maju dan bersatu di tengah keragaman. (*)


*) H. Imam Kusnin Ahmad adalah wartawan sernior Jawa Timur.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: