Soemitro dan Kekecewaan Daerah

Soemitro dan Kekecewaan Daerah

ILUSTRASI Soemitro dan Kekecewaan Daerah.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Tentara di daerah juga ikut gabung karena kecewa dengan sistem baru dari pimpinan militer di pusat yang melakukan rasionalisasi. Melakukan perampingan.

Semua kepentingan bercampur, tetapi yang menjadi alasan utama adalah ketidakadilan pusat terhadap daerah. Soemitro termasuk ekonom yang menentang ketidakadilan bagi hasil   ekonomi dari pusat ke daerah.

Pemberontakan PRRI dijawab oleh Soekarno dengan mengirim tentara (Angkatan Perang Republik Indonesia/APRI). Tentara kiriman Soekarno mampu meredam PRRI.

Setelah PRRI kalah, Soemitro pun mengasingkan diri ke luar negeri. Menjadi buron pemerintah Soekarno. Di pengasingan, Soemitro bersama keluarganya, termasuk anaknya, Prabowo Soebianto.

Soemitro dan keluarga baru pulang ke tanah air setelah pergantian rezim dari Soekarno ke Soeharto. Oleh Soeharto, Soemitro diangkat menjadi menteri. Juga berbesan. Prabowo menikahi Titiek, anak keempat Pak Harto.

Dengan posisi Prabowo sebagai presiden, kecewa tidaknya daerah kini di tangannya. Adil tidaknya bagi hasil pusat-daerah kini di tangan anak Soemitro, tokoh yang pernah melawan pemerintah pusat karena tidak adil ke daerah.

Satu yang paling penting juga di era teknologi digital sekarang adalah komunikasi. Mungkin di era Bung Karno pidato meledak-meledak bisa menyelesaikan masalah. Seperti yang sering dilakukan Prabowo.

Sekarang pidato harus disertai tindakan. Tak cukup narasi, tetapi juga harus ada bukti. Sebab, setiap janji kosong dan kebijakan tidak prorakyat langsung diprotes. 

Itu seperti halnya arahan Prabowo yang membuka lahan sawit di Papua. Langsung banyak yang mengkritik. Pasalnya, bencana banjir bandang Sumatera, salah satu yang diduga ”tersangka” kebun sawit.

Buruknya komunikasi para menteri dan pejabat juga memberikan andil munculnya kekecewaan rakyat. Dalam penanggulangan bencana Sumatera, terlalu banyak menteri dan pejabat tinggi yang komunikasinya blunder. Seharusnya komunikasi mereka membuat publik nyaman.

Bagaimana cara masyarakat Aceh tak kecewa? Atau, menenangkan masyarakat Papua? Kalau masih ada, Prof Soemitro bakal memberikan jawaban yang tidak mengecewakan daerah. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: