Ibadah Jalan Salib Dengan Nuansa Budaya Jawa
Upload By:
Boy Slamet|
Jumat / 18-04-2025,18:27 WIB
Rangkaian Ibadah Jalan Salib Gereja Katolik Santo Vincentius a Paulo Widodaren, SURABAYA mengusung tema budaya Jawa pada Tablo Jalan Salib di perayaan Jumat Agung, 18 April 2025. Gending -gending karawitan yang ditabuh menggunakan gamelan Jawa mengiringi masuknya umat ke dalam gereja itu sejak pagi. . "Jalan salib ini terlihat menarik, karena memadukan budaya Jawa. Ini bisa membantu umat untuk lebih merenungkan kisah sengsara Yesus," ujar Suster Antonia, PK. Adegan dimulai dengan Yesus yang berjubah putih berdoa di Taman Getsemani Ia berlutut di depan altar gereja yang sudah disulap menjadi panggung drama. Seketika, musik menghentak saat empat prajurit tegap Romawi yang datang untuk menangkap Yesus. Mereka sempat bentrok dengan murid-murid Yesus yang berusaha menghalangi. . Adegan pertengkaran dikoreografikan sedemikian rupa agar lebih teatrikal dan mirip gerakan wayang orang. Adegan berpindah ke penghakiman Yesus di hadapan Pontius Pilatus, Gubernur Romawi yang berkuasa di Yudea. Pilatus datang dengan gagah dengan beskap merah. Saat penghakiman ,gerombolan rakyat Yahudi menyambut mereka di bagian bawah dengan cacian dan makian. Mereka ingin Yesus disalib. Tuduhan pun disampaikan oleh Imam Agung Kayafas yang mengenakan beskap sambil membawa tongkat. Awalnya, Pilatus tak ingin menyalibkan Yesus, karena tak menemukan kesalahan pada-Nya. Ia pun memutuskan untuk menyiksa Yesus. Yesus pun dihajar ,dicambuk, dipukul, dan ditendang. Di akhir siksaan ia diberi mahkota duri. Foto Boy Slamet-Harian Disway
arena desakan rakyat Yahudi, Pilatus pun menjatuhi hukuman mati untuk Yesus. Yesus pun masuk sembari memanggul salib. Ia berjalan tertatih dengan cambukan yang terus menghujani badannya. Umpatan dari rakyat Yahudi pun tak berhenti. Malahan terdengar semakin keras. Prosesi ibadah Jalan Salib bisa dirasakan umat. Bahkan, beberapa dari mereka ada yang sampai menitihkan air mata. Sampai tibalah saat Yesus hendak disalibkan. Para Algojo menghajar Yesus habis-habisan. Pakaian-Nya ditanggalkan. Luka dan noda darah terlihat di sekujur tubuhnya. Lalu, Ia diseret menuju salib. Teriakan Yesus semakin jadi saat kedua tangan dan kaki-Nya dipaku. Lalu, salib dinaikkan. Satu serdadu memasang tulisan INRI di atas salib. Yesus berteriak nyaring saat ia hendak menyerahkan nyawa-Nya. Umat pun berlutut saat Yesus tertunduk. Foto ; Boy Slamet-Harian Disway
Jalan Salib itu tak hanya memadukan unsur budaya, melainkan menghadirkan komunitas lintas agama. Ada beberapa pemeran dan pemusik yang ikut membantu jalannya Tablo Jalan Salib itu. Ada dari Komunitas Karawitan Karang Kadempel, Komunitas Nunggak Semi Pringgondani, dan Komunitas Budaya Kita Bersama. "Saya sangat bangga, terlebih saat OMK (Orang Muda Katolik) bisa menjalin kerja sama yang baik dengan komunitas lintas agama," tegas Suster Antonia, yang bertugas di Gereja Santo Vincentius a Paulo, Surabaya. Philippus Neri Tri Setyoadi Nugroho sang pemeran Yesus mengatakan kalau Tablo Jalan Salib itu perlu persiapan khusus. Terlebih saat mendalami tokoh utama. "Kalau dari saya sendiri perlu mengenal peran Yesus lebih dalam. Saya coba membaca-baca kitab. Saya ingin tahu kesedihan Yesus saat itu," jelas Philippus. Saat para pemeran meninggalkan gedung gereja, tepuk tangan umat pun terdengar. Umat juga menyempatkan foto dengan para pemeran. Terutama tokoh Yesus yang diperankan oleh Philippus Neri. Foto : Boy Slamet-harian Disway
- Share: