Hepatitis Akut Belum Terdeteksi di Jatim

Sabtu 07-05-2022,07:06 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Salman Muhiddin

SURABAYA, DISWAY.ID – COVID-19 belum tuntas masuk fase endemi. Kini, masyarakat dibuat panik oleh penyakit baru lagi. Tiga pasien meninggal akibat keganasan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya itu (unknown a etiology).

Masyarakat Jawa Timur juga sempat digegerkan dengan ditemukannya 114 kasus dugaan hepatitis akut. Menyebar ke 18 kabupaten/kota. Kabar itu langsung ditepis oleh hasil pemeriksaan terbaru kemarin (6/5). Bahwa seluruh kasus dugaan itu tidak terindikasi hepatitis akut. Semuanya hanya penyakit kuning (Syndrome Jaundice).

“Saya tegaskan kembali. Sampai saat ini belum ada yang positif hepatitis akut di Jatim,” jelas Kepala Dinas Kesehatan dr Erwin Astha Triyono. Sebanyak 114 kasus itu merupakan penyakit kuning saja. Dengan berbagai penyebab termasuk hepatitis. Namun, semuanya tidak terkait dengan hepatitis akut.

Ya, tidak semua penyakit kuning itu disebabkan oleh infeksi virus seperti hepatitis. Ada juga faktor yang lain. Misalnya, karena terlalu banyak mengonsumsi wortel sehingga bagian ujung kaki dan tangan akan menguning.

Namun, ada penyakit kuning yang menyerang bagian mata hingga menguning. Biasanya itu disebabkan oleh meningkatnya kadar bilirubin. Itu pun tidak bisa dipastikan karena hepatitis. 

Ada juga beberapa faktor lain. Misalnya, penyakit kuning juga bisa disebabkan oleh pecahnya sel darah merah yang berlebihan. Atau bisa disebabkan oleh pembuntuan saluran empedu. 

Ahli Patologi Anak Dinkes Jatim dr Bagus Setyoboedi menjelaskan, ciri penyakit kuning akibat hepatitis ditandai dengan tingginya kadar enzim Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT). “Kalau kadarnya sampai 500 baru bisa dikatakan hepatitis berat,” katanya.

Nah, ciri utama itu tidak ditemukan pada seluruh kasus hepatitis yang ada di Jatim. Saat ini masih ada satu pasien penyakit kuning anak yang mendapat perhatian serius. Pasien itu diisolasi untuk pengawasan lebih lanjut. “Sejauh ini pasien belum mengarah ke hepatitis akut,” kata Bagus. 

Pasien belum bisa dinyatakan positif hepatitis akut. Sebab, kondisinya tidak sampai kehilangan kesadaran. Diperkirakan hanya saluran empedunya yang bermasalah.

Pasien masih terus dalam investigasi para tenaga medis. Diisolasi di ruangan khusus. Agar tidak kecolongan sehingga menyebar luas.

Menurut Bagus, hepatitis akut itu bisa memapar kepada siapa saja. Tidak hanya ke anak-anak. Namun, sejauh ini, gejala pada pasien anak cenderung ringan. Bahkan beberapa bisa tanpa gejala. 

Yang mengkhawatirkan adalah belum diketahui penyebab hepatitis akut tersebut. Pemeriksaan sudah dilakukan ke pasien hepatitis A, B,C,D, dan E. Hasilnya negatif semua. “Kemungkinan ada virus lain, tapi dunia medis masih terus mengkaji,” ungkapnya.

Dinkes Jatim terus melakukan upaya antisipasi. Sebagaimana surat edaran resmi dari Kementerian Kesehatan. Yakni mengoptimalkan seluruh fasilitas dan layanan kesehatan.

RSUD Sidoarjo pun demikian. Sudah menyediakan 9 tempat tidur dalam 3 kamar. Khusus untuk isolasi apabila ada pasien hepatitis akut. “Semuanya sudah dilengkapi fasilitas. Ada ventilator juga jika dibutuhkan. Intinya kami sudah siapkan,” ujar Dirut Pelayanan RSUD Sidoarjo dr Wasis Nupikso.

Kabar kemunculan hepatitis akut tersebut membuat gelisah guru dan wali murid. Sebab Pembelajaran Tatap Muka (PTM) digelar Senin (9/5). “Covid barusan habis, sekarang muncul yang baru,” ujar Kepala Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Swasta Surabaya Erwin Darmogo kemarin.

Kategori :