MESKI lahir di tengah keluarga politisi agamis, Fathan Asadudin Sembiring memilih jalur berbeda dari orang tuanya: Tifatul Sembiring. Kuliahnya bukan ke Timur Tengah tapi ke Beijing –selama 5 tahun. Bahasa yang dikuasainya bukan Arab tetapi Mandarin. Karier yang dipilihnya bukan politikus namun berbisnis dan mengajar. Yang diajarkannya pun bukan ilmu agama, melainkan pelbagai hal tentang Tiongkok.
Pria yang mempunyai nama Mandarin Shen Fahan (沈法汉) ini menyayangkan Tiongkok masih sering disalahpahami oleh tidak sedikit masyarakat Indonesia –sehingga menjadi negara yang dekat di mata, jauh di hati. Padahal, menurut Fathan, banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari kesuksesan pembangunan Tiongkok 40 tahun terakhir. Baginya, andai kita sudi mempelajari negara itu, "天涯若比邻" (tiān yá ruò bǐ lín): langit yang sangat jauh pun akan seperti tetangga sendiri.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Pengusaha Tionghoa Muslim Jusuf Hamka: Bu Chi Xia Wen, Tui Ji Ji Ren
"Peribahasa itu sebenarnya masih bisa mengartikan banyak hal. Hal-hal yang sebetulnya sedang kita sama-sama usahakan, sedang sama-sama ingin kita raih. Walaupun nampaknya dekat, ternyata dalam membuka usaha di bidang dan keahlian kita, masih banyak yang perlu dilakukan demi mencapainya," terang Fathan.
Fathan memang tidak suka buru-buru. Ia terlihat sangat menikmati proses. Step-by-step. "Kebanyakan orang, terutama anak-anak muda, merasa sulit sekali menekuni bidang yang diinginkan karena pemikiran-pemikiran instan. Emangnya ada yang instan di dunia ini kecuali mie dan korupsi?" tanya Fathan, lantas tertawa.
Makanya, dalam pelbagai kesempatan, Fathan selalu mengajak para milenial untuk tidak silau dengan fenomena crazy rich. Sebab, "Banyak yang merasa dirinya kurang sukses, dan merasa jiper dengan 'pencapaian-pencapaian' rekan-rekannya yang ditunjukkan via media sosial. Padahal hal-hal yang dipamerkan itu belum tentu adalah sesuatu yang betulan."
Makanya, lanjut Fathan, "Gue suka cheng yu ini karena paling tidak mengisyaratkan bahwa secara realitas apa yang jadi cita-cita kita memang tidak dekat. Tapi, dengan begitu, jadikanlah impian-impian kita itu sebagai motivasi untuk melakukan sesuatu."
Intinya, "Seperti yang Gary Vee juga sering sampaikan, sebagai generasi muda, kita harus bisa memiliki tingkat kesabaran yang sangat besar, tapi agility atau kelincahan mengambil tindakan selincah-lincahnya," kata Fathan. (*)