BELUM juga tuntas skandal dugaan pengaturan skor dan wasit, sepak bola Indonesia kembali dibuat malu. Itu seiring dengan terungkapnya dugaan dokter bermasalah yang terlibat di kompetisi Liga 1. Dokter itu adalah Elwizan Aminudin. Ia selama ini dikenal sebagai dokter tim PSS Sleman. Ternyata kompetensi Elwizan diragukan.
Pria yang akrab dipanggil Amin itu ternyata tidak terdaftar di Konsil Kedokteran Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia, maupun PD Dikti. Amin selama ini mengeklaim sebagai dokter alumnus Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Aceh. Sebelum ke PSS Sleman, beberapa tim Liga 1 pernah menggunakan jasanya. Mulai Barito Putera, Sriwijaya FC, Kalteng Putra, hingga Tira Persikabo. Bahkan, ia juga pernah masuk ofisial timnas Indonesia.
Kasus itu sangat merisaukan. Apalagi, musim ini PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) sepakat menjadikan kesehatan sebagai panglima. Sebab, liga harus digelar di tengah pandemi yang belum usai. Artinya, peran dokter tim menjadi sangat vital. Untuk memastikan semua personel tim bisa terbebas dari penularan Covid-19.
Manajemen PSS Sleman mengaku teledor dengan kejadian itu. Dirut PSS Sleman Andywardhana Putra mengatakan, pihaknya saat ini sedang melakukan penelusuran terkait yang mengeluarkan ijazah, sertifikat kompetensi, surat keterangan registrasi (STR), serta surat izin praktik (SIP) dari Elwizan Aminudin.
"Sekarang yang bersangkutan sudah mengajukan pengunduran diri. Sebelumnya ia sudah sekitar hampir dua pekan tidak mendampingi tim karena katanya mau mengurus ibunya yang sakit,” ujar Andy.
Manajemen PSS, lanjut Andy, akan segera mengklarifikasi pihak-pihak yang terkait. ”Agar kami bisa segera mengambil tindakan seperti apa," katanya.
PSS mengaku tidak memiliki kecurigaan karena Amin sempat menjadi dokter tim di sejumlah klub. Jajaran direksi waktu itu pun percaya Amin memiliki kapasitas sebagai seorang dokter.
"Terus terang, awalnya saya tidak tahu. Karena waktu itu sudah direkrut oleh tim, memang yang bersangkutan sudah punya track record di dokter timnas dan beberapa klub lainnya. Bukan satu dua lho. Awalnya kami tidak curiga sama sekali, ijazah kuliahnya ada lho. Tapi, tidak tahu itu benar apa palsu," ujarnya.
Bagaimana dengan PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator? Mereka mengaku terkejut dengan kejadian itu. ”Ini jadi pembelajaran kami agar tak terulang. Ke depan kami ikut menerapkan proses verifikasi terhadap dokter tim,” kata Dirut PT LIB Akhmad Hadian Lukita.
Memang ada celah dalam proses verifikasi di LIB selama ini. Pengesahan pemain lebih didasarkan pada kelengkapan dokumen yang dikirim klub. Sedangkan untuk jabatan dokter tim, cukup melampirkan ijazah kedokteran dari yang bersangkutan. Dokumen yang dikirimkan itu cukup soft copy. LIB sekadar mengesahkan.(Gunawan Sutanto)
Baca juga: PSSI-LIB Abai soal Verifikasi dan Peningkatan Kompetensi Dokter