Disrupsi Dinamika Interaksi Sosial dalam Era Akal Imitasi Generatif

ILUSTRASI Disrupsi Dinamika Interaksi Sosial dalam Era Akal Imitasi Generatif.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
PERNAHKAH Anda membayangkan manusia berteman bukan dengan manusia lainnya, melainkan dengan sebuah entitas digital? Itulah yang banyak terjadi sekarang dengan makin masifnya perkembangan dan adopsi AI generatif –suatu model akal imitasi yang dapat memproduksi berbagai konten mulai teks, gambar, suara, hingga video.
Pengembangan AI generatif memanfaatkan metode machine learning, terutama deep learning, untuk mempelajari pola dan struktur dari data dalam jumlah yang sangat besar (big data).
Pemahaman itu kemudian menjadi fondasi bagi model untuk merespons perintah (prompt) dan menghasilkan konten baru yang menyerupai data latihannya.
BACA JUGA:Rais Am PBNU Singgung Era Disrupsi: Pembohong Lebih Dipercaya daripada yang Jujur
BACA JUGA:Matahari Imitasi untuk Cukupi Energi Negeri
AI generatif sebenarnya telah ada sejak pertengahan abad ke-20 dengan adanya ELIZA, chatbot pertama yang dikembangkan Joseph Weizenbaum. Kendati demikian, AI generatif mulai dikenal luas tahun 2010-an dengan diperkenalkannya generative adversarial networks (GANs) oleh Ian Goodfellow.
Popularitas AI generatif melonjak sejak peluncuran ChatGPT pada akhir 2022. Sejak itu pula, perkembangan dan adopsi AI generatif kian pesat.
AI GENERATIF SEBAGAI KOMUNIKATOR
Jika dulu teknologi hanya berperan sebagai saluran (channel) dalam proses komunikasi, kehadiran AI generatif kini mendefinisikan ulang posisi teknologi.
Kini AI generatif turut bertindak sebagai komunikator yang dapat bertukar pesan secara interaktif dengan penggunanya. Fenomena itu mentransformasi dinamika komunikasi yang selama ini kita ketahui.
Meski tidak memiliki wujud fisik seperti manusia, eksistensi AI telah terbukti mulai menggantikan peran manusia dalam hubungan sosial. Baru-baru ini penelitian membuktikan bahwa tiga alasan teratas penggunaan AI generatif ialah untuk terapi/persahabatan, mengorganisasi aktivitas, dan membantu menetapkan tujuan hidup (Zao-Sanders, 2025).
Itu menunjukkan peran signifikan AI dalam memberikan dukungan personal dan profesional bagi penggunanya.
Meninjau hasil penelitian Brandtzaeg dkk. (2022) tentang pertemanan manusia-AI, ada tiga kelebihan utama yang dimiliki AI generatif.
Pertama, ruang tepercaya. Para pengguna merasa aman berbagi cerita dengan AI karena percaya bahwa cerita mereka akan tersimpan rapat-rapat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: