Hendrawan banyak sekali dipuji. Tapi juga tak sedikit yang mengkritik.
Namanya begitu harum di era 90-an hingga 2000-an. Maklum, pebulu tangkis dengan nama Tionghoa Yap Seng Wan (叶诚万) tersebut merupakan salah satu atlet tunggal putra terbaik Indonesia. Lawannya sering dibuat kelabakan oleh gaya permainannya yang trengginas. Smash keras jadi ciri khas.
Tahun 2000, ketika Olimpiade dihelat di Sydney, Hendrawan menyumbangkan medali perak untuk bumi pertiwi. Setahun kemudian, 2001, pria kelahiran Malang ini menyabet juara lagi dalam Kejuaraan Dunia. Ia masih menjadi penentu kemenangan negara kita dalam ajang Thomas Cup 2002.
Hendrawan bersama istri dan anak-anaknya. -Dokumentasi Pribadi-
Sehabis menjuarai beragam perlombaan bergengsi itu, Hendrawan gantung raket pada 2003. Lalu menapaki karir sebagai pelatih dan menjadi bagian dari Pelatnas PBSI.
Namun kemudian, pada 2010, Hendrawan pindah haluan: menerima tawaran Persatuan Badminton Malaysia (BAM) untuk melatih pemain bulu tangkis Malaysia.
Banyak talenta negeri jiran kita yang berhasil meraih tropi berkat dilatih Hendrawan. Setelah Lee Chong Wei, ia menggembleng kader baru yang tak kalah berbahaya: Lee Zii Jia –yang membikin kontingen Indonesia kerepotan melawannya di turnamen BWF.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Susy Susanti: Shan Zhen Wen Xi, Zi Li Geng Sheng
Dari situ Hendrawan mulai banjir hujatan. Dicap tidak nasionalis. Pengkhianat bangsa. Lebih memihak negara lain ketimbang negara sendiri.
Tetapi, Hendrawan tak mau berkecil hati. Sebab, "Hidup bahagia adalah belajar adaptasi dengan perubahan," katanya, beberapa waktu silam. Sebab, ia berprinsip, "Hidup seperti roda. Ada saatnya di atas, ada saatnya di bawah. Ada menang, ada kalah. Ada sukses, ada gagal."
Begitulah. Hendrawan mungkin mau mengikuti petuah filsuf Xun Kuang (310-238 SM), yang menganjurkan manusia untuk "能伸能屈" (néng shēn néng qū): bisa menjulang, bisa melengkung.
"Seperti rumput pampas: saat lemah merunduk, namun bukan berarti pengecut dan takut; saat kuat tumbuh meluas dan menjulang tinggi, namun bukan berarti sombong dan semena-mena" (柔从若蒲苇,非慑怯也;刚强猛毅,靡所不信,非骄暴也 róu cóng ruò pú wěi, fēi shè qiè yě; gāng qiáng měng yì, mí suǒ bù xìn, fēi jiāo bàoyě).
Demikian wejangan Xun Kuang dalam kitab Xunzi. (*)