CCTV di Baku Tembak Polisi Disoal

Kamis 14-07-2022,06:00 WIB
Reporter : Djono W. Oesman
Editor : Yusuf Ridho

Kasus polisi tembak polisi melebar ke soal CCTV. Ketua RT setempat, Mayjen Pol (purn) Seno Sukarto, kepada pers, Rabu, 13 Juli 2022, mengatakan bahwa polisi mengganti alat CCTV di pos satpam dekat TKP. ”Diganti,” ujarnya.

PENGGANTIAN Sabtu, 9 Juli 2022. Sedangkan kejadian polisi tembak polisi yang menewaskan Brigadir Nopriansah Yosua Hutabarat terjadi Jumat, 8 Juli 2022. Nopriansah ditembak Bharada E.

Seno: ”Tapi, yang diganti bukan CCTV yang di dalam rumah Pak Sambo, tempat kejadian, ya. Melainkan, alat CCTV di pos. Saya tahunya hari Senin (11 Juli 2022) diberi tahu satpam.”

Dilanjut: ”Saya tanya satpam, ya dia aja enggak tahu saat diganti yang baru, alatnya ininya itu, ya mungkin karena semua CCTV sini kan pusatnya di pos keamanan.”

Seno mengaku, dirinya selaku ketua RT tak diberi tahu oleh penyidik tentang kejadian tersebut. Setidaknya laporan kepada ketua RT. Seno tahu kejadian itu dari YouTube.

Dilanjut: ”Sampai sekarang saya ketemu (dengan penyidik) saja nggak. Terus terang, saya juga kesal. Saya ini dianggap apa sih? Maaf saja, saya ini jenderal loh, meskipun sekarang RT.”

Seno Sukarto kelahiran 1938. Ketika masih berdinas di Polri, Seno pernah menjabat dua kali sebagai kapolda. Yakni, kapolda Aceh dan kapolda Sumatera Utara.

Seno bercerita, dirinya merupakan angkatan 9 Rajawali. Jabatan terakhirnya sebagai asisten kepala Polri bidang perencanaan umum dan anggaran (Asrena Kapolri). Dari 1991 sampai 1996. Ketika Kapolri dijabat Jenderal Kunarto. Berlanjut, ia tetap menjabat itu saat Kapolri berganti ke Jenderal Banurusman Astrosemitro.

Sebagai pensiunan perwira tinggi, ia paham, polisi harus memberi tahu ketua lingkungan (ketua RT) jika terjadi peristiwa kriminal. Jadi, ia merasa dilewati.

Seno tidak bicara lain, selain CCTV.

Yang bicara CCTV dimulai dari tante korban, Brigadir Nopriansah Yosua Hutabarat (biasa dipanggil Yosua), bernama Roslin.

Ketika jenazah Yosua diterbangkan ke Jambi dari Jakarta dengan pesawat kargo, pihak keluarga Yosua langsung minta rekaman CCTV.

Keterangan Roslin dibenarkan ayah Yosua, Samuel Hutabarat, kepada wartawan: ”Pada saat itu saya meminta rekaman CCTV agar bisa melihat peristiwa sebenarnya. Dijawab petugas, CCTV tidak mengarah ke lokasi kejadian.”

Kemudian, Samuel membaca berita tentang kematian anaknya dari media massa dari hasil konferensi pers. Di situ diberitakan bahwa CCTV sudah rusak dua pekan sebelum kejadian.

Samuel: ”Ini kan aneh! Kepada saya, dibilang CCTV ada, tapi tidak mengarah ke lokasi baku tembak. Kemudian, di Jakarta dibilang lagi rusak dua minggu terakhir.”

Sementara itu, anggota DPR RI T.B. Hasanuddin – yang punya latar belakang militer dengan segudang pengalaman – memastikan luka sayatan di tubuh Yosua Hutabarat itu tidak mungkin dari peluru.

Hasanuddin: ”Peluru itu kan panas (saat ditembakkan). Kalau nyerempet, ya lukanya luka bakar. Bukan sayat.”

Hasanuddin menyoal pangkat dua polisi yang baku tembak. Bharada E disebutkan sebagai ajudan Irjen Ferdy Sambo. Dan, Brigadir Yosua sebagai sopir istri Irjen Ferdy.

Hasanuddin: ”Itu kebalik. Sopir yang seharusnya bharada, untuk ajudan pangkatnya brigadir.”

Juga, disebutkan bahwa saat kejadian, Ferdy Sambo sedang tidak berada di rumah. Tapi, ajudannya malah di rumah. ”Harusnya ajudan selalu ikut pergi bersama Sambo.”

Tapi, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyampaikan telah membentuk tim khusus untuk kasus itu. Timsus tersebut dipimpin Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono. Juga, melibatkan Kompolnas dan Komnas HAM.

Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polri terus naik dari hasil survei setahun ini. Tentunya, Polri akan berusaha mengungkap kasus tersebut secara terbuka. Agar tidak muncul isu liar. (*)

Kategori :