Bahkan, anak-anak bisa mendapatkan perhatian langsung. Sekaligus menanamkan nilai-nilai sebagai fondasi penting kehidupan mereka kelak. Mengingat, selalu terkandung nasihat-nasihat maupun pesan moral dalam setiap cerita.
”Oleh karena itu, saya tetap ingin dan bertekad melestarikan dongeng,” tandasnya. Dalam mendongeng, Harris lebih cenderung membawakan cerita-cerita umum. Terutama yang lebih banyak disenangi orang-orang.
Juga, tentu saja menyesuaikan cerita dengan hari perayaan. Misalnya, saat Ramadan, ia lebih banyak membawakan cerita-cerita yang bertema Islam. Ada yang ia tulis sendiri dan ada yang diadaptasi dari buku cerita anak.
Harris pun menemukan tantangan-tantangan dalam mendongeng. Apalagi jika dibandingkan sepuluh tahun yang lalu. Hal-hal yang disukai anak-anak sudah jauh berbeda. Termasuk minat mereka untuk mendengarkan dongeng.
”Dulu anak kelas IV-V SD masih senang, kalau sekarang malah cenderung bosan dan meremehkan,” ungkapnya. Namun, Harris tak putus asa. Ia punya metode khusus jika diminta tampil di hadapan anak-anak seusia itu.
Biasanya, Harris akan lebih banyak melibatkan motorik anak-anak. Jadi, anak-anak tidak hanya mendengarkan. Tetapi, juga diminta bergerak dengan koreografi yang sudah disiapkan.
Misalnya, saat membawakan cerita butuh ekspresi menangis, Harris meminta anak-anak berekspresi serupa. Atau saat bercerita tentang perjalanan naik kereta, Harris mengajak anak-anak berdiri dan berbaris seperti kereta.
”Sejauh ini lumayan menarik buat mereka. Semoga saja bisa bertahan lama,” katanya.
Perjuangannya tak berhenti di situ. Harris pun mengunggah penampilan mendongengnya ke akun YouTube miliknya: Surga Dongeng Entertainment. ”Harapannya, mendongeng bisa bertahan menjadi alternatif hiburan bagi anak-anak,” katanya. (*)