”Di sini masih didominasi Omicron subvarian BA.5. Itu hasil whole genome sequencing (WGS) selama Juli,” ungkap Jibril. Itu terbukti dari 192 sampel yang telah dikirim ke Institute Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga.
Rinciannya, sebanyak 114 sampel dinyatakan positif subvarian Omicron BA.5, 37 sampel dinyatakan positif subvarian Omicron BA.2. Ada juga subvarian BA.4 sebanyak 14 sampel. Sisanya, merupakan varian Omicron lama yakni B.1.1.529 dan B.1.1.
”Nah, di Surabaya total ada 94 kasus BA.5. Itu paling banyak se Jatim,” tandas Jibril. Namun, angka kesembuhannya pun tinggi. Yang bergejala sedang bahkan berat tidak sampai 10 persen.
Hal itu dikarenakan cakupan vaksinasi dosis kedua sudah memadai. Hingga kini mencapai 80,68 persen. Meski cakupan vaksinasi booster perlu dipercepat lagi. “Saya minta masyarakat aktif mendapatkan booster di sentra vaksinasi yang tersedia,” tandasnya.
Pakar Epidemiologi Unair Windhu Purnomo sangat setuju apabila digelar vaksinasi dosis keempat. Namun, sebaiknya, vaksinasi booster harus dipacu lebih kencang lagi. Cakupannya harus ditingkatkan.
Kenaikan kasus di Jawa Timur juga disebabkan oleh capaian vaksinasi booster yang rendah. Bahwa efikasi vaksin dosis pertama dan kedua yang diterima masyarakat banyak yang turun. Mengingat waktu penerimaannya sudah sangat lama.
Maka booster sangat penting sebagai penguat. Terutama bagi beberapa kelompok rentan. Meski efikasi vaksin bisa turun, tapi tetap penting dan dibutuhkan untuk mencegah keparahan gejala saat terpapar Covid-19.
”Karena bagaimanapun vaksin itu bisa mencegah kita agar tak sampai mengalami gejala berat,” jelasnya. Sehingga kejadian yang parah tak perlu terulang. Beban rumah sakit pun tak sampai membeludak seperti serangan Delta pada gelombang kedua tahun lalu. (*)