SURABAYA, HARIAN DISWAY - Semua jadi serba online sejak pandemi Covid-19 melanda dunia. Belanja, urus perizinan, bekerja, hingga urusan pendidikan dilakukan tanpa tatap muka. Setelah pandemi sudah terkendali, apakah kita siap ke kehidupan normal lagi?
Misalnya di dunia pendidikan. Tapi tahun ini, perkuliahan dan sekolah digelar secara tatap muka 100 persen. Termasuk bagi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Tentu perlu waktu untuk beradaptasi ke kehidupan normal yang dulu.
Mahasiswa angkatan 2020 punya julukan: Angkatan Covid-19. Sejak masuk kuliah, pembelajaran langsung daring.
Bagi sebagian jurusan perubahan drastis itu bukan halangan besar. Namun bagi jurusan seperti kedokteran, keperawatan dan teknik tentu kuliah daring jadi batu sandungan besar.
Anggota Dewan Pendidikan Jatim Ali Yusa mendapati seorang mahasiswa keperawatan yang tidak pernah menyuntik manusia saat praktik. Mereka cuma praktik pakai manekin. “Bayangkan learning loss yang kita hadapi gara-gara belajar daring. Memang untuk sebagian jurusan, pembelajaran tatap muka tidak bisa ditinggalkan,” ujar Magister Perkapalan Jebolan Institut Teknologi Sepuluh Nopember itu.
Yusa bersyukur situasi sudah membaik. Banyak mahasiswa yang bisa kembali belajar di kampus. Mereka bisa mengejar ketertinggalan pelajaran selama dua tahun pandemi.
Namun ada juga yang merasa sudah nyaman dengan sistem daring itu. Dosen Sastra Inggris Universitas Airlangga (Unair) Kukuh Yudha Karnanta misalnya.
Ia berharap pembelajaran daring tidak ditinggal begitu saja. Sama seperti kebiasaan rajin cuci tangan dan memakai masker.
Hadirnya aplikasi zoom dan google meeting memudahkan proses pembelakaran dan berbagai jenis pekerjaan. Kebiasaan yang dulunya dianggap tak mungkin terjadi, kini sudah jadi hal biasa.
"Mahasiswa dan dosen banyak yang suka daring. Kita bisa efisien dan lebih produktif. Sayang jika kebiasaan ini ditinggalkan begitu saja," kata peraih penghargaan Piala Citra FFI itu
Yosephin Gita Cahayani, Mahasiswa Antropologi Unair angkatan 2020 termasuk mahasiswa angkatan Covid-19. Sejak jadi mahasiswa baru, dia harus dihadapkan dengan pembelajaran yang serba online
Senada dengan Kukuh, dia lebih nyaman kuliah online dibanding offline. Karena kuliah online dirasa lebih fleksibel. "Kita tidak harus datang ke kampus atau stay di Surabaya. Bisa diakses dimanapun" katanyi.
Ketika kuliah online, para mahasiswa dapat melakukan banyak hal di luar urusan kuliah. Tidak terpaku dengan urusan perkuliahan saja. Mereka bisa menjalankan hobi yang sedang digeluti atau menjalankan sebuah event. Bahkan mereka bisa belajar apapun di luar disiplin ilmu yang sedang diambil. Bukankah ini semangat dari kampus merdeka?
Baginyi, kuliah online sudah menjadi zona nyaman yang tak ingin ditinggalkan. Namun di awal semester ganjil ini, semua mahasiswa harus kembali ke kampus. Harus datang langsung di kelas. Mereka yang dari luar kota, tak bisa belajar dari daerah masing-masing.