Pengabdian Masyarakat Internasional FTMM Unair

Pengabdian Masyarakat Internasional FTMM Unair

ILUSTRASI Pengabdian Masyarakat Internasional FTMM Unair.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

GERAKAN Kampus Merdeka kini berlanjut ke Kampus Berdampak. Gerakan bersama untuk menautkan ilmu dengan aksi, riset dengan kebutuhan nyata, dan pembelajaran dengan pemberdayaan. Begitulah konsep yang diusung Kemdiktisaintek.  

Kampus tidak hanya fokus pada pendidikan akademik, tetapi juga berperan aktif dalam menyelesaikan masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan di masyarakat. Kampus harus menjadi simpul transformasi sosial: membangun desa yang tertinggal. 

Pun, ikut memberdayakan UMKM, merawat lingkungan yang rapuh, dan menyiapkan generasi muda yang tidak hanya pintar, tetapi juga tangguh. Mahasiswa yang  peduli dan berdaya saing. 

BACA JUGA:Unair Gelar Pengabdian Masyarakat Internasional

BACA JUGA:Advokasi Pekerja Migran Melalui Pengabdian Masyarakat Internasional

Gerakan Kampus Berdampak itu juga digaungkan Universitas Airlangga. Akhir pekan lalu fakultas teknologi maju dan multidisiplin (FTMM) mewujudkan itu melalui program Sustainable Energy and Green Technology Application (SEGTA). 

Itu program pengabdian masyarakat (pengmas) internasional. Melibatkan dosen dan mahasiswa dari berbagai kampus di luar negeri.

Sebenarnya SEGTA sudah ada jauh sebelum konsep Kampus Berdampak. Sebab, ini adalah SEGTA kali ketiga. Sejak 2023, FTMM sudah mengonsep kegiatan itu sebagai pengabdian masyarakat. Tarafnya internasional. Sebab, kegiatan tersebut sejak awal melibatkan dosen dan mahasiswa asing. 

BACA JUGA:Inovasi Alat Pemotong Daun Tembakau: Pengabdian Masyarakat oleh Dosen dan Mahasiswa Teknik Mesin Untag Surabaya

BACA JUGA:Unair Gelar Pengabdian Masyarakat di Desa Mlaten, Dampingi Perajin Gerabah Bisa Ekspor

Kali ini, misalnya, ada 62 mahasiswa dan 28 dosen asing. Mereka berasal dari tujuh negara: Malaysia, Filipina, Thailand, Bangladesh, Gambia, Tiongkok, Sudan, dan Palestina. Mereka berasal dari 15 kampus yang berbeda. 

Pengmas internasional itu didesain sebagai hilirisasi hasil riset di kampus ke masyarakat. Memanfaatkan hasil penelitian untuk menjawab permasalahan di masyarakat terkait dua sektor penting:  energi dan pangan. Dua sektor yang juga menjadi gol dalam sustainable development goals (SDGs). 

Ada beberapa program terkait ketahanan energi itu. FTMM mencoba menjembatani kebutuhan masyarakat di Gili Iyang. Pulau yang masuk Kabupaten Sumenep yang disebut-sebut memiliki oksigen terbaik di dunia. 

BACA JUGA:Pengabdian Masyarakat UPN Veteran Jawa Timur di Desa Penanggungan, Siapkan Masa Depan dengan Desain Berkelanjutan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: