SUEDI Tjong tidak mau ambil pusing banyak hal. Baginya, "Yang lalu-lalu, senyumin saja. Yang sekarang, kerjakan dengan sepenuh jiwa raga. Yang akan datang, biarkan mengalir mengikuti kehendak-Nya."
Itu terjemahan bebas kalimat berbahasa Mandarin yang dikirimkan Suedi beberapa waktu lalu: "过去事、过去人,笑笑就好;现在事、现在人,尽心就好;未来事、未来人,随缘就好" (guò qù shì, guò qù rén, xiào xiào jiù hǎo; xiàn zài shì, xiàn zài rén, jìn xīn jiù hǎo; wèi lái shì, wèi lái rén, suí yuán jiù hǎo).
Makanya, Suedi selalu menekankan pada dirinya untuk "rendah hati dalam mengambil hikmah yang ada setiap hari, menyambut masa depan dengan ikhtiar dan tawakal" (以谦虚之心,领岁月教诲,以虔诚之态,敬来日方长 yǐ qiān xū zhī xīn, lǐng suì yuè jiào huì, yǐ qián chéng zhī tài, jìng lái rì fāng cháng).
Boleh jadi, Suedi yang merupakan pemilik perusahaan kipas angin Matsunichi ini banyak beroleh inspirasi dari Lao Tzu, founder Taoisme. Pasalnya, Lao Tzu mengajarkan kita untuk "顺其自然" (shùn qí zì rán): mengalir saja. Jangan ngoyo. Tak usah memaksakan diri.
Suatu ketika, Konfusius –yang tengah khawatir dengan kondisi bangsanya– mengadu kepada Lao Tzu. Dengan santai, Lao Tzu menjawab, "Planet-planet tak ada yang menggerakkan tapi tetap bisa bergerak sendiri. Matahari dan bulan tak ada yang menyalakan tapi tetap bersinar sendiri. Bintang-bintang tak ada yang mengatur tapi tetap teratur sendiri ... Mereka berjalan dengan sendirinya mengikuti kodrat alam ... Pun demikian manusia: bisa hidup, bisa mati, bisa terhormat, bisa nista, semuanya mengalir mengikuti kodrat alam" (人之所以生、所以无、所以荣、所以辱,皆有自然之理、自然之道也 rén zhī suǒ yǐ shēng, suǒ yǐ wú, suǒ yǐ róng, suǒ yǐ rǔ, jiē yǒu zì rán zhī lǐ, zì rán zhī dào yě).
Tentu, apa yang disebut "alam" oleh Lao Tzu, ada juga yang mengartikannya sebagai "Tuhan". Bergantung perspektif apa yang mau dipakai.
Namun begitu, bukan berarti tidak perlu berusaha dan berpangku tangan saja.
Ada kisah menarik dalam tradisi Islam. Disebutkan, pada zaman Rasulullah, ada seorang laki-laki ingin meninggalkan untanya di depan masjid tanpa diikat. Alasannya: "Untaku mau kabur atau tidak, Tuhan yang memutuskan." Melihat tingkah konyol tersebut, Nabi Muhammad berkomentar, "Ikatlah dulu untamu, baru pasrahkan ke Tuhan." (*)