SURABAYA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengubah aturan seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pada 2023 nanti. Bahwa tes mata pelajaran yang diterapkan pada SBMPTN seperti sebelumnya bakal dihapus.
Mendikbud Ristek Nadiem Makarim membuat tiga skema baru jalur seleksi masuk PTN. Hal itu menyebabkan tidak berlakunya pembedaaan antara calon mahasiswa dari jurusan IPA atau IPS. Dalam seleksi ini, tidak ada lagi tes mata pelajaran.
Pertama, seleksi masuk PTN berdasarkan prestasi. Komponen penilaiannya diambil dari nilai rata-rata rapor SMA dan prestasi yang pernah diraih. Porsinya masing-masing 50 persen.
Kedua, seleksi masuk PTN berdasarkan tes skolastik. Itu berbeda dengan materi tes potensi akademik (TPA) seperti yang digunakan pada SBMPTN sebelumnya. Materi tes skolastik tidak diambil dari berbagai mata pelajaran. Melainkan dari materi kognitif penalaran, literasi, numerik, dan matematik saja.
BACA JUGA:PM Liz Truss : Ratu Elizabeth II Nyawa Inggris
Ketiga, seleksi masuk PTN jalur mandiri. Kewenangan tetap diserahkan ke masing-masing kampus. Namun, pemerintah yang membuat aturannya agar seleksi berjalan dengan transparan.
Rektor Universitas Airlangga Prof Mohammad Nasih pun turut menanggapi kebijakan baru tersebut. Secara prinsip, sebetulnya sistem yang diterapkan hampir sama dengan sistem seleksi tahun-tahun sebelumnya.
Jalur tes skolastik, misalnya. Unair sudah menerapkannya pada seleksi calon maba pada 2020. Sudah tidak menggunakan TPA, melainkan tes skolastik. ”Sehingga, tahun depan tinggal mengembangkan lagi bobot materi untuk tes,” katanya.
Selain itu, peniadaan perbedaan jurusan IPA dan IPS akan memungkinkan calon mahasiswa mengambil lintas jurusan. Namun, kata Nasih, peluang untuk lolos seleksi akan sangat kecil. Sebab, linearitas jurusan akan tetap diprioritaskan di Unair.
Mengingat, Unair juga akan menetapkan kriteria tambahan dalam syarat masuk program studi tertentu. Misalnya, maba mengambil prodi olahraga harus menyertakan portofolio olahraga. Begitu juga dengan jurusan lain, calon maba akan dimintai portofolio yang linear dengan prodi tersebut.
“Kami juga akan lihat nilai-nilai mata pelajaran yang sesuai prodi di rapor mereka, minimal harus 80,” katanya. Misalnya, maba mengambil prodi farmasi, maka nilai mapel biologi dan kimia minimal 80. Sedangkan nilai mapel IPA lainnya, seperti fisika boleh di bawah 80, lantaran fisika tidak terlalu banyak dibutuhkan di farmasi.
Sebab, bagaimanapun nilai-nilai itu akan menjadi bekal penting untuk tahap studi di kampus. Sehingga kasus yang pernah terjadi di PTN lain tidak terulang. Bahwa ada mahasiswa kedokteran yang berasal dari jurusan IPS, lantas terpaksa di-dropout (DO) lantaran tak sanggup mengikuti mata kuliah. (*)