Kajian Teori Fungsionalisme tentang Pengaruh Fenomena E-commerce terhadap Gaya Hidup Mahasiswa di Surabaya pada Era Pandemi Covid-19

Rabu 23-11-2022,10:40 WIB
Oleh: Nur Triwulan Sari

Faktor-faktor dalam fenomena e-commerce yang dapat mempengaruhi gaya hidup mahasiswa di Surabaya pada era pandemi Covid-19 di antaranya kesibukan beraktivitas sehari-hari membuat lebih menyenangi berbelanja secara daring dibanding berbelanja secara luring.

Juga pengaruh lingkungan yang mendorong untuk berbelanja daring. Tren terkini membuat lebih tertarik untuk berbelanja secara daring, menimbulkan perilaku hedonisme, westernisasi, dan konsumtif yang mengakibatkan membeli sesuatu sesuai keinginan bukan karena kebutuhan.

Dari beberapa faktor tersebut menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup digital menuntut masyarakat terutama pada kalangan mahasiswa di Surabaya turut menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.

Di sinilah teori fungsionalisme diterapkan untuk menganalisisnya. Teori tersebut menekankan perubahan pada fungsi-fungsi lembaga sosial dalam masyarakat. Masyarakat memiliki sistem sosial yang saling berhubungan satu sama lainnya. 

Sistem tersebut bergerak untuk mewujudkan tujuan dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Perubahan teknologi setiap zaman terlihat sangatlah jelas. 

Seperti dalam penggunaan e-commerce yang menimbulkan beberapa dampak. Baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Positifnya bisa mempermudah masyarakat terutama pada kalangan mahasiswa di Surabaya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan tanpa harus keluar rumah.

Mereka dapat membuka peluang lapangan kerja dengan mudah, mengurangi mobilitas orang keluar rumah, membantu dalam memenuhi kebutuhan tanpa harus keluar rumah.

E-commerce bisa meningkatkan perekonomian, efisiensi waktu, memudahkan konsumen dalam melakukan transaksi secara elektronik, meningkatnya pendapatan baru, mengurangi biaya, dan mengurangi kerumunan serta menghindari kontak secara langsung pada era pandemi Covid-19 karena dapat dilakukan di rumah saja. 

Sementara dampak negatifnya bisa menggeser para usaha kecil dan mematikan penghasilan pengusaha yang tidak memahami mengenai e-commerce.

Bahkan terdapat beberapa oknum menggunakannya hanya sebagai kepentingan pribadi yang dapat merugikan orang lain. Bisa emungkinkan adanya kecurangan seperti penipuan, hilangnya kepercayaan konsumen terhadap penjual, gangguaan teknis, dan pencurian informasi data.

Ketergantungan dengan adanya layanan e-commerce dapat meningkatkan perilaku gaya hidup hedonism, meningkatkan perilaku gaya hidup westernisasi, dan meningkatkan perilaku gaya hidup konsumtif. Menghabiskan uang dikarenakan kecanduan dalam berbelanja daring yang barangnya sangat menarik perhatian masyarakat terutama pada kalangan mahasiswa di Surabaya dan pedagang yang tidak dapat menggunakan IPTEK menjadi kalah bersaing.

Upaya dan cara menghadapi dampak negatif dalam penggunaan e-commerce terhadap gaya hidup mahasiswa di Surabaya yaitu tidak boleh terpacu dengan adanya gaya hidup westernisasi.

Sebaiknya lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi secara daring agar tidak tertipu dan lebih bisa memilih dan memilah dalam membeli barang atau sesuatu apa pun yang sesuai kebutuhan saja bukan keinginan.

Lebihlah bisa mengontrol diri dalam membeli barang yang sekiranya kurang bermanfaat. Sebaiknya memastikan data yang diinput aman. Lebih mengutamakan kebutuhan bukan keinginan serta menghindari perilaku gaya hidup hedonisme maupun konsumtif.

Kesimpulannya, fenomena e-commerce ini membawa dampak positif dan negatif. Termasuk di kalangan mahasiswa di Surabaya. Tadinya mahasiswa di Surabaya tidak begitu bergantung pada e-commerce. Tetapi sejak 2020 hingga sekarang, banyak mahasiswa di Surabaya yang hidupnya sangat bergantung pada e-commerce. (Oleh Nur Triwulan Sari, Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga)
--

Kategori :