Penelusuran Jejak Gempa-Tsunami di Jatim (1): Termotivasi setelah Ekspedisi ke Palu

Senin 28-11-2022,09:03 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Doan Widhiandono

Rumah-rumah adat itulah yang selamat dari gempa. Asal radiusnya lebih dari 5 kilometer perairan. “Jadi memang rumah-rumah orang zaman dulu nggak ada yang dari beton. Ya, karena itu sudah menjadi bagian dari mitigasi mereka,” jelas Lien.

Andai masyarakat setempat menaati kearifan mitigasi lokal, tentu hasilnya akan berbeda. Bayangan itulah yang mengganggu Lien. Lalu menjadi keresahan bersama para tim. 

Mereka ingin berbuat hal lebih banyak lagi. Agar masyarakat bisa mitigasi secara mandiri. Lien pun meyakini kearifan lokal pasti menyimpan mitigasi yang khas.

Sepulang dari ekspedisi Palu-Koro, mereka pun bertekad membuat Ekspedisi JawaDwipa. Dimulai dari Jawa Timur yang punya sejarah kuat kebencanaan. Terutama wilayah selatan yang tercatat mengalami gempa dan tsunami sejak 1880-an.

“Untuk itu, kami mengumpulkan teman-teman di sini, baru nanti malam berangkat," ujar Ketua Tim Ekspedisi JawaDwipa Jatim Nugraha Aryatama. Pacitan akan menjadi daerah pertama destinasi mereka. Dilanjut sembilan daerah lain secara berurutan.

Sebelas pemuda itu pun sudah berseragam. Kompak mengenakan kaus hijau. Bagian depan kausnya bergambar ilustrasi kuning wilayah Jawa Timur dan kompas. Ada tulisan: Ekspedisi JawaDwipa.

Penampilan mereka sudah seperti petualang alam. Beberapa yang lain bahkan bertopi rimba dan bersepatu boots. Tapi, sore itu, mereka masih berkumpul di meeting room lantai 2, Kopi Komunitas, Jalan Ngagel Jaya Selatan. 

Tim Ekspedisi JawaDwipa juga menghadirkan para pakar dan praktisi. Yakni, Pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Amien Widodo dan Kepala BPBD Jatim Budi Santosa dan beberapa jajarannya. Tentu saja, untuk membekali tim sebelum melakukan ekspedisi kali pertamanya di Jawa Timur. (Mohamad Nur Khotib)

 

 

 

 

 

 

 

 

Kategori :