Cheng Yu Pilihan Pengusaha Tirto Rukmono: Jiao Ta Shi Di

Sabtu 03-12-2022,04:27 WIB
Reporter : Novi Basuki & Annie Wong
Editor : Tomy C. Gutomo

TIRTO Rukmono, pengusaha tambak dan  listrik swasta, berprinsip, "Siapapun, terlebih pengusaha, tidak boleh lari dari kenyataan."

Persis yang dipesankan Chen Yi 陈毅, salah satu founding fathers Tiongkok, dalam puisinya yang ditulis pada 1961, "应知重实际, 平地起高楼" (yīng zhī zhòng shí jì, píng dì qǐ gāo lóu). Yang terjemahan bebasnya: sebagai manusia, harus memahami dan mendasarkan segalanya pada realitas; bahwa gedung yang tinggi, berasal dari tanah yang datar.

Idealis bagus. Tapi, kalau terlalu jauh melenceng dari kondisi riil, bisa-bisa malah jadi petaka. 

BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Pengusaha Perkapalan Tirto Sulun Wahyoedi: Shun Feng Shi Chuan

BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Pengusaha Shipping Radian Jayadi: Tong Quan Da Bian

Tiongkok zamannya Mao Zedong pernah begitu. Waktu itu, karena melihat Tiongkok terlalu miskin dan terbelakang, Mao menggelorakan kampanye "超英赶美" (Chāo Yīng Gǎn Měi): Menyalip Inggris, Mengejar Amerika. Adapun caranya, ialah dengan menggalakkan produksi besi dan baja --sebab ini dianggap sebagai tolok ukur kemajuan suatu negara.


Dahlan Iskan hadir saat pernikahan Tirto Rukmono.-Dokumentasi Pribadi-

Masalahnya, Tiongkok yang negara agraris, jelas belum punya SDM dan teknologi. Akhirnya, ditempuhlah jalan yang tidak masuk akal: para petani diperintahkan untuk membikin tungku peleburan sendiri di rumahnya masing-masing. Perabotan yang mengandung unsur besi dan baja, diwajibkan untuk dibakar dan hasilnya diserahkan kepada negara. Bahkan, ada cerita, lantaran tidak tahu bagaimana meleburkan wajan, wajannya direbus berhari-hari.

Walhasil, bukannya kemakmuran yang didapat, melainkan kesengsaraan yang tiada tara.

Makanya, selepas kewafatan Mao, Deng Xiaoping mewanti-wanti pemimpin dan rakyat Tiongkok untuk "脚踏实地" (jiǎo tà shí dì): memijakkan kaki di muka bumi, bukan di awang-awang. 

Permasalahan yang ada dihadapi. Langkah yang salah dikoreksi. Agar semakin baik seiring hari. Tirto Rukmono mengajak kita untuk begini. (*)

 

Kategori :