“Kan saya mengajarkan jangan ngomong siapa. Tapi apa. Kan gitu,” ucap Cak nun. Ia merasa melanggar ajarannya sendiri. Karena itu ia meminta maaf, termasuk ke keluarga.
“Termasuk Sabrang ini yang “menghajar” saya habis-habisan. Karena saya, saya melakukan apa yang saya sendiri mengajarkan untuk tidak dilakukan, kan begitu,” ucap pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953 itu.
“Terus saya gimana? Saya tidak masalah. Bagus kan. Saya punya anak-anak dan keluarga yang mencintai saya sehingga mengontrol saya, dan saya terutama saya mohon ampul kepada Allah SWT,” lanjut Cak Nun.
Sabrang Mowo Damar Panuluh mendampingi sang ayah, Emha Ainun Najib dalam video berjudul Mbah Nun Kesambet.-caknun.com-
Cak Nun juga meminta maaf kepada semua yang terciprat, menjadi tidak enak atau menjadi menderita atau menjadi apapun oleh ucapan saya itu.
Ia juga menceritakan bahwa Maiyah memasuki era baru. Dari Sinau Bareng ke Ngaji Perubahan. Mata kuliah pertama adalah aktivasi ruh. “Artinya kita jangan hanya berfikir, jangan mengambil keputusan hidup secara materi tapi juga jangan hanya secara akal. Karena akal tidak mencukupi. Karena itu kita harus belajar untuk peka, untuk mengambil, mempelajari keputusan ruh, ucapan ruh dan cara berpikir ruh dan seterusnya,” kata Cak Nun.
Nah, ia menyadari bahwa dirinya kesambet. Alias menyalahi langkah Maiyah itu.
“Kesambet itu tolong anda pahami sebagai bagian dari hidup manusia, gitu ya. Kalian semua jangan mengucapkan apa yang tidak harus diucapkan. Harus mengucapkan sesuatu yang kamu hitung betul secara bijak sana,” tegas tokoh Intelektual Muslim Indonesia itu.
BACA JUGA:Indonesia Siap Jadi Produsen Baterai Terbesar
BACA JUGA:Kenapa HP Dilarang di Pesawat? (*)