Kadin Jatim Jelaskan Mengapa Harga Daging di Papua Mahal: Perizinan Seperti Impor, Harus Lewat Tanjung Priok

Jumat 27-01-2023,13:23 WIB
Reporter : Salman Muhiddin
Editor : Salman Muhiddin
Kadin Jatim Jelaskan Mengapa Harga Daging di Papua Mahal: Perizinan Seperti Impor, Harus Lewat Tanjung Priok

SORONG, HARIAN DISWAY - Pemprov Jatim membawa misi dagang dan investasi ke provinsi baru Papua Barat Daya, Kamis 26 Januari 2023. Total perdagangan mencapai Rp 246,162 miliar. Di balik angka fantastis itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim mendapati sumbatan perdagangan yang perlu mendapat atensi Presiden Joko Widodo.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Adik Dwi Putranto memiliki sejumlah catatan dalam kunjungan ke Papua itu. Salah satunya penjualan ayam beku (karkas ayam) yang sangat ribet. Ada kuotanya. Sama halnya dengan aturan impor.

Karena itu, pedagang dan pembeli harus mengurus sejumlah perizinan ke dinas peternakan provinsi. Kondisi itu akhirnya berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.

”Kalau memang pemerintah berniat untuk pendataan barang masuk dan keluar per tahun, tidak perlu menggunakan sistem seperti itu. Ini sangat menyulitkan. Lagi pula, kita berada di dalam satu payung hukum NKRI,” tegasnya.

BACA JUGA:Misi Dagang Perdana Jatim ke Papua Barat Daya Tembus Rp 246 Miliar

BACA JUGA:Pernikahan Dini Jatim 15.244 Kasus : Pemkot Libatkan Forum Anak Surabaya


Misi dagang dan investasi Jatim di Papua Barat Daya, provisi baru di Papua.-Humas Pemprov Jatim-

Menurutnya, pelaku usaha tidak perlu harus membuat izin. Cukup melaporkan. Atau, menggunakan sistem online. 

Sebab, geografis Papua tidak seperti Jatim. Butuh tenaga dan waktu ekstra untuk menjaga rantai perdagangan ke pulau paling timur di Indonesia itu.

Selain itu, keluhan pengusaha di Papua yang membuat ia garuk-garuk kepala adalah pengiriman daging ke provinsi itu. Harus melalui pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Itu juga tidak boleh transit ke Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Kebijakan itu pun berdampak pada harga daging di Papua Barat Daya. Perbedaannya bisa mencapai 70 persen dibanding harga di Jatim. ”Saya tidak paham kenapa harus melakukan itu. Tapi, kami sudah sampaikan semua itu ke Pj Sekda Papua Barat Daya,” bebernya.

Dalam misi dagang ke Papua Barat Daya, jumlah transaksinya mencapai Rp 246 miliar. Cumi-cumi dan udang menjadi komoditas paling diminati masyarakat setempat. Penjualannya mencapai Rp 63 miliar.

BACA JUGA:Sejarah dan Konflik Surat Ijo Surabaya: Menteri ATR BPN Sofyan Djalil Pun Pusing (38)

BACA JUGA:Indonesia Masters 2023: Untuk Kali Pertama, Gregoria Capai Perempat Final

Selain itu, beberapa komoditas lain yang juga paling laris adalah cakalang, tuna, makanan ringan, beras, daging ayam, daging beku, bawang merah, pupuk organik, dan cabai merah. 

Kategori :