Misa yang diikuti—atau didatangi—tim Ekspedisi Jejak Naga Utara Jawa Harian Disway itu memang begitu spesifik. Hanya yang benar-benar paham yang bisa mengikuti misa dengan baik. Walaupun, ada buku dan teks misa yang bisa kami baca—atau kami pandangi…
Series Jejak Naga Utara Jawa (15): Misa Hening dengan Segelintir Umat
Minggu 05-02-2023,14:20 WIB
Editor : Retna Christa
BACA JUGA: Bukti Akulturasi yang Menawan
Misa itu dipimpin Romo Kanisius Rudy CDD. Ia adalah pastor Congregatio Discipulorum Domini. Artinya, Kongregasi (tarekat) Murid-Murid Tuhan. Kongregasi itu lahir pada 1927 di Tiongkok dengan nama Chu Tu Hui (主徒会).
Dalam liturgi sabda, Romo mengutip Injil Yohanes 1:29-34. Ini adalah kisah tentang kesaksian Yohanes Pembaptis ketika baru kali pertama berjumpa dengan Yesus.
Bacaan Injil itu langsung disusul dengan shen fu jiang dao alias khotbah. Nah, khotbah ini yang tidak ada di dalam teks misa.
Kami pun hanya mendengarkan dalam hening. Sambil sesekali tetap berpandang-pandangan…
Terus terang, kami tidak memahami satu kata pun. Anggota tim ekspedisi Jejak Naga Utara Jawa tidak ada yang menguasai bahasa mandarin. Jadi, kami hanya berusaha menyimak kata-kata pastor lewat teks misa, sambil sesekali berkata, ’’Amen.’’
Di luar bahasanya, tidak ada yang berbeda. Tata caranya sama. Urut-urutannya juga sama dengan misa pada umumnya.
Gereja Katolik memang punya tata peribadatan yang terpusat. Seluruh dunia sama. Bahkan, teks kitab suci yang dibacakan pun sama.
Saat kami mengikuti misa itu, Gereja Katolik sedang memasuki masa minggu biasa ke-2. Karena itu, imam memakai kasula (jubah) berwarna hijau. Itu pun akan sama di seluruh dunia.
Romo Kanisius Rudy CDD memimpin misa berbahasa mandarin di Gereja Santa Maria de Fatima, Glodok, Jakarta Barat.-TIRA MADA-HARIAN DISWAY-
Nah, yang berbeda di tiap-tiap gereja tentu adalah pilihan lagunya. Masing-masing gereja—atau tim paduan suara—dibebaskan memilih nyanyian yang mereka rasa pas untuk dilantunkan.
Oh ya, lagu-lagunya juga berbahasa Mandarin. Saat tiba waktu menyanyi, pemimpin lagu akan menginstruksikan halaman atau nomor urutan lagu berapa yang harus kita buka. Untungnya, dia berbahasa Indonesia, ’’Halaman 103.’’ Mendengar itu, kami bergegas membuka buku biru yang kami terima di awal misa.
Di sampul buku itu ada tiga huruf berwarna keemasan. Belakangan, melalui kawan di Harian Disway yang fasih berbahasa Mandarin, kami tahu bahwa tulisan itu berbunyi song shu ji. Artinya, Pujilah Tuhan.
Instruksi dari pemimpin lagu itulah satu-satunya hal yang dapat kami pahami sepanjang misa itu. Karena semua teks lagu tidak disertai pinyin. Jadi, untuk sekadar melafalkannya pun kami tak bisa… (*)
*) Tim Harian Disway: Doan Widhiandono, Retna Christa, Yulian Ibra, Tira Mada.
SERI BERIKUTNYA: Misa Berumat Oma-Opa
Kategori :