Menang BAFTA 2023, Apakah All Quiet on the Western Front Bakal Menang Film Terbaik Oscar?

Rabu 22-02-2023,16:05 WIB
Editor : Retna Christa

Oleh
Retna Christa
wartawan Harian Disway

All Quiet on the Western Front, secara mengejutkan, berjaya di British Academy of Film and Television Arts (BAFTA) Awards. Film Netflix berbahasa Jerman itu memborong tujuh penghargaan. Termasuk yang paling prestisius: Best Film. Akankah prestasi itu terulang di The Oscars 2023?
---

EMPAT BULAN lalu, tidak ada yang melirik All Quiet on the Western Front. Ia dirilis diam-diam di sebuah Jumat yang tenang di Netflix, 28 Oktober 2022. Tanpa banyak promosi. Gaungnya kalah dengan film Mila Kunis, Luckiest Girl Alive, dan film fantasi The School of Good and Evil. Di Asia, bahkan 20th Century Girl lebih dipromosikan gila-gilaan.

Saya baru menyadari bahwa film itu eksis pada 25 Januari 2023. Setelah The Academy mengumumkan nomine Academy Awards ke-95. All Quiet on the Western Front secara brutal mendulang sembilan nominasi. Menjajah berbagai kategori. Mulai dari teknis (seperti tata suara), artistik (skenario, sinematografi), hingga Best Picture.  


BANGGA, Produser Malte Grunert (kiri) dan sutradara Edward Berger saat menerima trofi Film Terbaik BAFTA di Royal Festival Hall, London, Minggu, 19 Februari 2023. -Stuart Wilson-Getty Images via Guardian -

Yang tidak dijajah hanya kategori akting saja. Maklum. All Quiet on the Western Front dijejali aktor-aktor muda Jerman yang belum berpengalaman. Bahkan tokoh utamanya, Paul Baumer, diperankan oleh Felix Kammerer. Aktor teater yang belum pernah bermain di film layar lebar.

Ya, All Quiet on the Western Front untuk kali pertama, berhasil membetot perhatian saya. Juga—saya yakin—jutaan moviegoer lain di dunia. Satu dua kritikus berbahasa Inggris mungkin pernah mengulas. Tapi harus diakui, review lebih banyak bermunculan setelah nominasi Oscar diumumkan.

Nah, kemarin, All Quiet on the Western Front bikin geger lagi. Film besutan Edward Berger itu membawa pulang tujuh trofi di BAFTA Awards. Termasuk kategori paling top, Best Film alias Film Terbaik. Berger juga dinobatkan sebagai Sutradara Terbaik. Sedangkan naskah karya Berger, Lesley Paterson, dan Ian Stokell merebut trofi Skenario Adaptasi Terbaik (selengkapnya lihat grafis).


-Annisa Salsabila-Harian Disway-


Kemenangan itu bermakna banyak hal. All Quiet mengukir rekor sebagai film berbahasa non-Inggris yang mengumpulkan trofi paling banyak di BAFTAs. Mengalahkan Cinema Paradiso dengan lima piala BAFTAs 1991.  

’’Sebuah film berbahasa Jerman, yang diberkati dengan banyak nominasi, dan pada akhirnya memenangkan ini… Sungguh mengagumkan,’’ tutur Malte Grunert, produser All Quiet on the Western Front saat menerima trofi Film Terbaik.

All Quiet on the Western Front diadaptasi dari novel berjudul sama karya Erich Maria Remarque. Mengisahkan tentang seorang anak muda yang teracuni oleh propaganda politis nasionalis sayap kanan pada akhir Perang Dunia I. Ia pergi ke medan perang, dan mengira bahwa itu hanyalah sebuah petualangan.

’’Perang adalah segalanya, kecuali petualangan. Itulah pesan Remarque yang coba kami sampaikan di sini. Ternyata hal itu masih relevan, bahkan 100 tahun setelah novelnya terbit,’’ kata Grunert.

Track Record Film Perang

Setelah kemenangan besar di BAFTAs, banyak pengamat menyebut bahwa All Quiet on the Western Front punya kans besar merebut hadiah tertinggi di The Oscars: Best Picture.

Kolumnis The Independent Tom Murray bahkan bilang bahwa ini adalah kesempatan terbaik Netflix. Untuk akhirnya merebut trofi Film Terbaik Academy Awards. Setelah pada The Oscars 2020 gagal lewat The Irishman dan Marriage Story.

Argumen pendukung mereka macam-macam. Mulai dari sisi artistik, skala produksi, hingga bujet. All Quiet on the Western Front dibuat dengan biaya USD 20 juta, atau setara Rp 303,1 miliar. Termasuk raksasa buat sebuah film Jerman yang tayang di layanan streaming.

Oh ya, tahun ini, anggota BAFTA yang juga voters The Academy tidak sedikit. Jadi, sedikit banyak pasti ada voters yang memberikan suara untuk All Quiet on the Western Front saat voting pemenang Film Terbaik Oscar.

The problem is, BAFTA sama sekali tidak bisa dijadikan patokan buat Academy Awards. Memang, peluang untuk menang Oscar lebih besar setelah meraih piala BAFTA. Ini masalah sugesti. Voters Academy Awards pasti mengintip film-film yang menang ajang-ajang sebelumnya. Mulai dari Golden Globes, BAFTA, SAG Awards, hingga Critics’ Choice Awards.

Tapi, khusus untuk kategori Film Terbaik, BAFTA tidak pernah mewakili pikiran para voters Academy Awards. Setidaknya jika dilihat dari segi statistik.

Coba lihat pemenang 10 edisi terakhir. Sejak 2012 sampai 2022, hanya tiga kali pemenang BAFTA bablas menang Oscars. Yakni 2012 (The Artist), 2013 (Argo), 2014 (Twelve Years a Slave), dan 2021 (Nomadland). Lainnya, beda semua. Termasuk edisi terakhir tahun lalu. BAFTA memenangkan The Power of the Dog. Sedangkan voters Oscars memilih CODA sebagai Film Terbaik.

Di samping itu, film-film perang sudah tidak menjadi favorit anggota Academy. Ini bukan 2010. Ketika The Hurt Locker dengan gagah mengangkangi salah satu film dengan visual terindah yang pernah ada: Avatar. Merebut enam trofi termasuk Best Picture. Sekaligus mengantar Kathryn Bigelow mempecundangi sang mantan suami, James Cameron, di kategori Sutradara Terbaik.

Dalam satu dekade terakhir, film-film perang selalu mewarnai persaingan Best Picture. Tapi tidak pernah menang. Mereka akan membawa pulang dua atau tiga trofi kategori teknis. Tapi, bukan Film Terbaik. Misalnya saja Zero Dark Thirty pada The Oscars edisi 2013, Hacksaw Ridge (2017), Dunkirk (2018), hingga 1917 (2020).  

Jika dikaitkan dengan BAFTA, yang paling tragis tentu 1917. Film buatan Sam Mendes itu dipuji di mana-mana. Berkat teknik pengambilan gambar linier yang tak terputus dari awal sampai akhir. Tanpa menafikan cerita dan pesan moral sebagai film anti-perang. Istimewa sekali.

Alhasil, 1917 berhasil memenangkan Film Terbaik di BAFTA. Seluruh kritikus mengelu-elukan film ini. Dan menyebut bahwa era kejayaan film perang telah kembali. Faktanya? Yang menang Film Terbaik The Oscar 2020 adalah Parasite. Sebuah dark comedy berbahasa Korea buatan Bong Joon-ho yang muncul entah dari mana. Level kejutannya enggak kira-kira.   

So, apakah All Quiet on the Western Front bakal memenangkan Film Terbaik di The Oscars? Saya tidak akan bilang ya atau tidak. Cukup lihat saja nasib 1917. (*)
 

-Annisa Salsabila-Harian Disway-

Kategori :