SURABAYA, HARIAN DISWAY - Raut Kesedihan terlihat dari mata pedagang. Berkaca-kaca. Saat alat berat mulai memasuki Jalan Srikana, Surabaya. Alat berat itu satu persatu meratakan lapak mereka.
Gemuruh seng dan patahan kayu nyaring terdengar. Paduan suara tragis bagi para pedagang. Satu persatu anggota Satpol PP membersihkan puing. Setidaknya ada 10 lapak pedagang yang dibongkar Sabtu, 4 Maret 2023.
Satpol PP beserta jajarannya mulai mengarahkan warga agar tetap kondusif. “Ini bukan penggusuran, ini termasuk kedalam program penataan wilayah dan pemberdayaan pedagang” ujar Mudita komandan batalyon satpol PP.
kedepannya, kawasan Srikana akan dibangun sentra kuliner. Penataan ulang kawasan ini bertujuan untuk menghilangkan kesan kumuh.
Para pedagang hanya bisa tertunduk pasrah. Ketidakjelasan menjadi alasannya. Masih simpang siur apakah pedagang lama bisa berjualan di sentra kuliner baru. Waktu persiapan untuk penggusuran juga dinilai singkat oleh pedagang.
“Kami diberikan waktu tiga hari, sabtu ini harus sudah dibongkar kata pak camat” ujar Ibu Imah salah seorang pedagang. Tiga hari terbilang singkat, pedagang kekurangan waktu untuk mempersiapkan konsolidasi lanjutan. Berbagai saran mereka ditolak saat konsolidasi awal pada Jumat, 3 Maret 2023. Pembongkaran setelah hari raya ditolak. Perpanjangan waktu satu minggu juga ditolak.
Sementara pembangunan sentra kuliner dikerjakan, pedagang mendapatkan tempat sementara untuk berjualan. Mudita lanjut menjelaskan, kurang lebih satu minggu dari sekarang tempat sementara sudah bisa digunakan.
Imah kembali menyampaikan keresahannya mengenai tempat sementara ke tim Harian Disway. Keresahannya mewakili pedagang lainnya. Mengapa hanya boleh menggunakan rombong tanpa tenda di tempat sementara. Bagaimana para pedagang akan menghadapi terik Surabaya dan hujan yang mengguyur.
Untuk saat ini, hanya beberapa pedagang yang mendapatkan kejelasan mengenai tempat mereka di sentra kuliner. Beberapa yang lain hanya bisa berharap untuk bisa lanjut berjualan di sentra kuliner. Meskipun tempat baru mereka lebih kecil luasnya, ini lebih baik daripada tidak ada tempat berjualan.
Mengadu nasib di kota bukan hal mudah, hanya bisa bertaruh pada keberuntungan. Sukses atau tergusur. Keadilan untuk para pedagang Srikana. (Rizky Ramadhan)