Serial killer muncul dari Desa Balun, Banjarnegara, Jateng. Namanya Slamet Tohari, 45. Panggilannya Mbah Slamet. Mengaku pengganda uang. Klien wajib bayar. Terus gagal. Kalau klien komplain, dibunuh. Korban tewas 12 orang.
MODUS operandi Slamet sama persis dengan serial killer dukun Wowon. Sama-sama dukun pengganda uang. Sama-sama bohong. Sama-sama membunuh klien dengan cara meracun.
Kliennya puluhan orang. Nah, yang dibunuh saja 12. Itu pun hasil sementara sampai Selasa malam, 4 April 2023. Sebab, di hari yang sama, siang, diketahui 10 jenazah dibongkar di kebun dekat rumah Slamet.
Kapolres Banjarnegara AKBP Hendri Yulianto kepada pers di Mapolres Banjarnegara, Selasa siang, mengatakan: ”Dari pengakuan tersangka, korban dibunuh 10 orang. Ini sudah sesuai dengan jenazah korban yang kami temukan.”
Tapi, penggalian kebun melibatkan tim SAR Banjarnegara. Bekerja ekstra cepat. Diawasi Polri yang menghadirkan tersangka di situ. Jelang sore, ditemukan 12 jenazah. Slamet cuma mesam-mesem dikonfirmasi polisi soal jumlah jenazah. ”Saya lupa jumlahnya,” kilahnya.
Bahkan, Slamet mengaku sudah lupa nama-nama korban itu. Mereka dibunuh sejak awal 2020, ketika wabah Covid baru saja merebak.
Memang, bagi Slamet, tidak penting nama-nama korban. Yang penting duit korban. Kalau korban rewel, dibunuh. Lalu, jasadnya diceburkan ke galian di kebun. Lahan kebun masih luas.
AKBP Hendri mengungkap motifnya. Slamet mengaku bisa menggandakan uang. Mencari klien sejak 2018. Slamet tinggal di Desa Balun, Banjarnegara. Rumahnya pinggir kali, terpencil dari rumah warga.
Slamet dibantu asisten inisial BS (sudah ditangkap polisi) posting di Facebook. Cari mangsa. Ternyata yang datang banyak.
Caranya, klien harus membayar mahar (istilah dukun) sebelum dilayani. Besaran mahar belum diumumkan polisi. Uang klien yang akan digandakan juga dipegang Slamet. Nilai variatif. Mulai Rp 40 juta sampai Rp 75 juta. Yang terbesar (Rp 75 juta) bisa berubah jadi Rp 5 miliar dalam sepekan.
Setelah itu, zonk. Kosong. Tak terbukti. Klien protes, Slamet terus berkilah. Kalau klien protes lagi, klien diberi minuman jampi-jampi. Kata Slamet: ”Biar cepet cair (Rp 5 miliar).” Aslinya, itu berisi racun potas (potasium sianida). Klien mati, dikubur di kebun dekat rumah Slamet. Beres.
Kejahatan itu terungkap gegara seorang klien bernama Purwanto, 53. Warga Cibadak, Sukabumi, Jabar, itu tahu Slamet bisa menggandakan uang melalui Facebook.
Hendri: ”Pada Juli 2022 korban P (Purwanto) mengajak anak lakinya, GE, bertemu tersangka di Banjarnegara. Saat itu mereka berangkat dari Terminal Sukabumi naik bus jurusan Sukabumi–Wonosobo. Sesampai di Wonosobo, mereka turun di pinggir jalan, bertemu tersangka Slamet. Kemudian, mereka diajak ke rumah tersangka di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara.”
Di rumah Slamet, Purwanto diajak sebuah ke ruangan dan GE disuruh menunggu di luar. Diketahui, Purwanto bermaksud menggandakan uang. Di dalam ruangan, Purwanto membayar mahar plus menyerahkan uang Rp 75 juta ke Slamet.
Ternyata penggandaan uang tak terbukti. Purwanto terus menagih Slamet. Sebaliknya, Slamet terus beralasan aneka macam.