Senin, 20 Maret 2023, Purwanto sendirian mendatangi Slamet. Dari Sukabumi, ia mengendarai mobilnya, Wuling, menuju rumah Slamet.
Kamis, 23 Maret 2023, Purwanto kirim pesan WhatsApp ke anaknya yang lain, SL. Isinya berikut ini.
”Ini ayah di rumah Pak Slamet. Buat jaga-jaga kalau umur ayah pendek. Jika ayah tak ada kabar hingga hari Minggu (26 Maret 2023), datangi ke lokasi bersama aparat.”
Jumat, 24 Maret 2023, SL menghubungi ponsel ayahnya. Tapi, tidak bisa dihubungi lagi. Ponsel tidak aktif.
Sabtu, 25 Maret 2023, anak Purwanto yang lain, GE, melapor ke Polres Banjarnegara. Sebab, GE-lah yang pernah diajak ayahnya ke rumah Slamet.
Polisi langsung mendatangi rumah Slamet. Tapi, Slamet tidak ada. Rumahnya kosong. Slamet diburu polisi.
Sabtu dini hari, 1 April 2023, Slamet ditangkap polisi. Diinterogasi, Slamet mengakui membunuh Purwanto. Slamet dikeler polisi, disuruh menunjukkan makam Purwanto.
Ditunjukkan, titiknya di pinggir jalan setapak menuju hutan, dekat rumah Slamet. Di situ ada gundukan tanah baru diuruk. Saat itu juga digali. Ketemu jenazah Purwanto. Slamet langsung diperiksa intensif. Interogasi intensif.
Hasilnya: Slamet mengaku ke polisi, ada sembilan korban lain yang ditanam di sekitar kebun dekat rumah Slamet.
Minggu, 2 April 2023, polisi yang dibantu tim SAR menggali wilayah itu. Ditemukan, satu per satu jenazah. Sebagian tinggal tulang belulang. Semua jenazah dikirim ke RSUD Hj Lasmanah Banjarnegara untuk diidentifikasi.
Ternyata jenazah tidak bisa diidentifikasi.Sebab, tidak ada DNA pembanding. Belum ada orang yang mengakui sebagai keluarga korban.
Sembilan jenazah langsung dikubur massal di Desa Balun. Terdiri atas enam pria dan tiga wanita. Dikubur dalam peti karena kondisinya sudah membusuk. Ditumpuk dalam tiga lubang besar. Sambil menunggu klaim dari keluarga para korban.
Selasa sore, 4 April 2023, ditemukan dua jenazah lagi di sekitar kebun yang sudah digali. Polisi pun menduga, jumlah korban yang kini tercatat 12 orang masih mungkin bakal bertambah.
Slamet dikenai Pasal 340 KUHP, pembunuhan berencana. Ancaman hukuman mati. Pembunuh satu orang saja bisa dihukum mati seperti Ferdy Sambo. Apalagi, ini 12 orang.
Siapa Slamet? Para tetangganya cuma tahu Slamet sudah lama tinggal di situ. Tapi, mereka tak tahu pekerjaan dan kegiatan sehari-hari Slamet. Sebab, Slamet tak pernah bergaul. Rumahnya pun terpencil jauh dari tetangga.
Kades Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Mahbudiono kepada polisi mengatakan tidak tahu kegiatan sehari-hari Slamet. Sebab, Slamet tak pernah komunikasi dengan warga.