YANG bisa tetap merendah meski banyak sekali keberhasilan telah diraih adalah orang yang luar biasa. Sebab, kita acap kali menjumpai orang yang walaupun tidak mengantongi prestasi apa-apa, tapi bukan main jemawanya. Katanya, mungkin hanya untuk bercanda, "Yang penting sombong dulu."
Padahal, menurut Shangshu (尚书), salah satu dari lima kitab agung konfusianisme, "满招损, 谦受益" (mǎn zhāo sǔn, qiān shòu yì): takabur merugikan, tawaduk menguntungkan.
Itulah mengapa Cao Cao 曹操 (155–220), pemikir ulung dan ahli strategi yang hidup di Zaman Tiga Negara (Samkok), menasihati kita untuk "持满戒盈" (chí mǎn jiè yíng): kendati sukses, jangan sekali-kali belagu.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Head Doctor of Facena Beauty Clinic dr Daniel Widiyanto SpAnd: Jing Ming Qiang Gan
Letkol Inf La Ode Muhammad Nurdin SSos MIPol juga berpendapat senada. "Didiklah hati agar tidak berbangga diri, dan didiklah mata agar tidak memandang rendah orang lain," ujar Wakil Asisten Teritorial Kodam V/Brawijaya tersebut, mengutip pitutur luhur yang menjadi pegangan hidupnya selama ini.
Memang tidak mudah. Apalagi, seperti digambarkan Abraham Maslow melalui piramida "Hierarki Kebutuhan"-nya, aktualisasi diri menempati posisi tertinggi dalam kebutuhan mendasar manusia yang hidup di muka bumi.
Dalam artian, setiap anak Adam tak ada yang tidak mempunyai keinginan untuk unjuk gigi kepada sebanyak mungkin orang. Yang membedakan hanyalah pada kemauan untuk menahan hasrat dimaksud.
"Tidak semua usaha dipermudah, tetapi semua yang berusaha pasti akan berbuah," kata La Ode, dengan nada yakin. (*)