SURABAYA, HARIAN DISWAY – Memperingati hari kesadaran parkinson sedunia yang jatuh pada 11 April, National Hospital mengadakan acara ngabuburit bertajuk: 10 Years Comprehensive Parkinson & Movement Disorders Service in Indonesia, Service Excellent Now and Beyond. Dalam acara ini, mereka mengundang tiga pembicara. Yakni, dr Andreas Soejitno SpN EDPM CIPS, dr Farida A. Santoso SpKFR, dan Dr dr Achmad Fahmi SpBS SubspNF FINPS IFAANS.
Mereka membahas berbagai hal tentang parkinson. Mulai apa itu parkinson, gejala, penanganan, hingga pencegahannya. Parkinson merupakan sebuah penyakit pada sistem saraf yang mengganggu kemampuan tubuh dalam mengontrol gerakan dan keseimbangan. Biasanya penyakit itu menyerang orang lanjut usia. Namun bukan tidak mungkin menyerang orang usia produktif.
Gejala parkinson dikenal dengan singkatan TRAP. Yakni, tremor, rigid muscle (kaku otot), akinesia (kelambatan beraktifitas), dan postural imbalance (gangguan keseimbangan). Meski begitu, dr Andreas juga mengatakan bahwa gejala parkinson tidak hanya menyerang saraf motorik tapi juga non-motorik. "Contohnya adalah gangguan kognitif pada otak, gangguan tidur, gangguan pada mood, perut kembung, gangguan kecemasan. dan depresi dan lain sebagainya," ujarnya, Rabu, 19 April 2023.
Penderita parkinson akan mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Pergerakan dalam melakukan aktivitas akan melambat karena kaku otot dan tremor. Hal itu akan mempengaruhi keseimbangan, gangguan makan, berbicara, dan postur tubuh.
Dokter ahli saraf itu juga menyarankan orang untuk segera berkonsultasi ketika dirasa telah mengalami salah satu dari gejala tersebut. Meski tidak semua tremor berujung parkinson, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi.
"Tidak harus menunggu merasakan keempat gejala untuk berkonsultasi. Ketika menghadapi pasien dengan kecenderungan parkinson, dokter akan memiliki sense of emergency dan akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut," tuturnya.
Banyak sekali cara menangani penyakit tersebut. Selain minum obat, penderita dapat melakukan fisioterapi. Saat ini, ada tiga macam terapi yang bisa dijalani pasien. Yakni,
1. Terapi Fisik
Terapi ini dapat dilakukan dengan cara berlatih berjalan, berlatih pernafasan, atau melakukan fitness untuk membentuk ketahanan dan kelenturan tubuh. Terapi ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kontraktur.
2. Terapi Okupasional
Tujuannya adalah meningkatkan kemandirian penderita. Terapi ini berhubungan dengan keterampilan dan skill penderita untuk bertahan hidup secara mandiri dan tidak mengandalkan orang lain.
3. Terapi Bicara
Terapi ini berfokus pada kemampuan bersosialisasi penderita parkinson, khususnya dalam berbicara dan berkomunikasi. Kejelasan artikulasi saat berbicara menjadi poin utama terapi ini.
Terapi-terapi itu harus dilakukan secara rutin dan jangka panjang. Sehingga, caranya harus menyenangkan agar penderita tidak merasa bosan. Dukungan dari caregiver tidak kalah pentingnya, mereka harus bisa menciptakan suasana hidup yang menyenangkan dan berkualitas untuk para pasien tatkala menjalani terapi.
Apabila telah melakukan terapi dengan sesuai, penderita parkinson akan merasa lebih percaya diri, aman, serta mandiri dalam menjalani hidupnya. (Zahronia Firdaus)