MAGETAN, HARIAN DISWAY- Melihat kaca, menyematkan blangkon di kepala. Kemudian beskap (pakaian resmi khas Jawa) hitam dikencangkan. Pelda Sigit Setiono tampak gagah dengan pakaian adat itu.
Pelda Sigit merupakan anggota Babinsa Barat. Meski seorang prajurit, tutur katanya halus. Berbicara dengan siapa saja menggunakan bahasa kromo, untuk menghargai lawan bicara. Meski usianya lebih muda dari dirinya.
“Makanya Pak Pelda Sigit ini pangkatnya belum naik-naik. Soalnya beliau banyak job jadi MC Jawa,” gurau Kapten Sunaryo, Pasiter Kodim Magetan yang saat itu hadir di kediamannya.
Sontak, gurauannya membuat semua orang tertawa. Memang Pelda Sigit dikenal sebagai MC Jawa yang cukup sering menerima job. Ia pun memiliki kemampuan sebagai dalang, diwariskan dari ayahnya.
“Nguri-uri atau melestarikan budaya Jawa. Sebagai prajurit, apalagi sebagai Babinsa, saya memegang teguh budaya itu,” ungkapnya. Sebab, baginya melalui budaya Jawa, Pelda Sigit sebagai Babinsa dapat melebur dengan masyarakat.
“Supaya dapat ajur ajer. Artinya, menyatu bersama masyarakat. Ikut mendukung kegiatan mereka dan terus mendorong kerukunan,” ujarnya.
Sebagai MC Jawa yang kerap diundang tampil di berbagai tempat, Pelda Sigit kerap menyampaikan pesan positif, meski lokasi tampilnya tidak berada dalam wilayah Barat, tempat ia berdinas.
“Sebulan ini sudah empat kali tampil. Saya selalu menyuarakan imbauan. Termasuk masalah stunting,” ungkap pria 46 tahun itu.
Di depan audiens, Pelda Sigit mengimbau agar para orang tua yang memiliki putera yang mengidap stunting, agar segera dibawa ke rumah sakit. Atau diinformasikan pada Babinsa di wilayahnya, agar diberi penanganan lebih lanjut.
Sebagai MC Jawa, Pelda Sigit pun kerap didapuk sebagai pranata cara acara pernikahan, yang digelar oleh rekan-rekannya. “Saya mempelajari MC Jawa bersama kelompok Permadani, atau Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia. Mulai bergabung dan belajar pada 1997,” ungkapnya.
Pelda Sigit Setiono membawa Petruk di tangan kiri dan Tirtonoyo di tangan kanan.-Boy Slamet-
Menurutnya, seorang MC Jawa harus pandai menyampaikan sesuatu. Jika sedang nembang (menyanyi), wajib tahu titilaras nada lagu Jawa. “Yang paling penting adalah reneping wicara atau bagaimana cara MC dalam menarik audience,” terangnya.
Satu petuah Jawa lagi yang jadi prinsip hidupnya, adalah ngluruk tanpo bolo, menang tanpo ngasorake. Yakni berjuang tanpa massa, menang tanpa merendahkan orang lain. Dengan prinsip itu, Pelda Sigit dapat senantiasa bersikap rendah hati dan mampu menyatu bersama masyarakat, tanpa memandang siapa.
Jika dalam tugasnya sebagai Babinsa, Pelda Sigit menjalankan berbagai kegiatan pengabdian pada masyarakat. Seperti memberi pembinaan di sekolah-sekolah dan program jambanisasi untuk setiap rumah tangga.
Probo Darono Yakti, S.Hub.Int., M.Hub.Int, akademisi Universitas Airlangga, menganggap bahwa Pelda Sigit merupakan salah satu Babinsa inspiratif. “Ada kepedulian dari beliau untuk senantiasa melestarikan budaya Jawa. Menyampaikan pesan dan petuah positif lewat profesinya. Itu lebih efektif untuk memberi kesadaran pada masyarakat,” ungkapnya. (*)