SURABAYA, HARIAN DISWAY- Jumat, 19 Mei 2023, sudah hari keempat penilaian on the spot oleh tim juri lomba Babinsa Inspiratif Brawijaya Awards. Tim 1 yang dipimpin Guruh Dimas Dugraha sebenarnya sudah di Surabaya sejak Kamis malam, tapi tugas mereka belum selesai. Tinggal satu kodim dengan tiga babinsa finalis yang harus mereka datangi untuk dinilai.
Seharian kemarin, mereka berputar-putar wilayah Kodim Surabaya Selatan. Pagi mereka mendatangi Sertu Lukman Setiawan di kawasan eks lokalisasi Jarak/Dolly tempat bintara itu menjadikan tenis meja sebagai pengalih kegiatan negatif pemuda setempat. Kendati belum ada prestasi, kegiatan olahraga tersebut bisa memberikan ruang ekspresi pemuda setempat yang selama ini sangat rawan atas penyalahgunaan narkoba.
Siang hari, tim itu mendatangi Serda Misbahul Munir, babinsa dari Koramil Wonokromo yang mengandalkan kepeduliannya pada penanganan stunting. Saking terlibatnya secara emosioonal, saat salah seorang anak binaan stunting-nya meninggal, bintara tersebut sangat berduka. Sebab, sebelumnya terjalin hubungan emosional di antara mereka.
Menjelang sore, tim dengan juri akademisi Probo Darono Yakti itu mendatangi Serda Sahar, babinsa Siwalankerto yang menjadi finalis pada kategori kerukunan antarumat beragama.
TIM 1 dalam perjalanan menuju wilayah Siwalankerto untuk mendatangi Asrama Mahasiswa Nusantara, tempat Serda Sahar menerapkan program di bidang kerukunan antarumat beragama.-Boy Slamet-
Hari keempat penjurian juga menjadi tugas yang sangat ringan untuk tim 4, wilayah pantura. Sejak Kamis malam, tim sudah ada di Sumenep dan menginap di sana. Kemarin tugas mereka tinggal satu babinsa lagi. Yaitu Serma Chairul Hadiansyah yang berhasil membangunkan lahan tidur di desa binaannya.
Dengan demikian, lepas salat Jumat, tim tersebut sudah punya banyak waktu luang. Itu mereka manfaatkan dengan menikmati sejumlah lokasi wisata.
ANGGOTA tim juri 4 wilayah pantura sudah bersiap pulang ke Surabaya. Foto diambil dengan latar belakang pantai utara Sokobanah, Sampang, Madura.-istimewa-
Sehari sebelumnya, tim mendatangi Kodim Sampang dan menilai pengabdian dua babinsa. Yaitu, Serma Eko Suryadi dan Serma Agus Jaenal Aripin. Program andalan dua babinsa tersebut tidak bisa dibilang ringan. Eko yang menjadi babinsa di Desa Jelgung, Kecamatan Robatal, berhasil merangkul 13 organisasi pesilat. Jumlah itu tidak kecil karena di banyak wilayah, kelompok pesilat tersebut sangat rawan konflik.
Sementara itu, pengabdian Serma Agus Jaenal Aripin juga sangat bagus. Prestasi di desa binaannya di Desa Nepa, Kecamatan Banyuates, yakni taekwondo, sudah tembus ke ajang internasional. ”Butuh ketelatenan dan keteladanan untuk mencapai prestasi seperti itu,” kata Gitadi Tegas Supramudyo, tim juri dari akademisi Universitas Airlangga Surabaya.
Sementara itu, tim juri 2, wilayah Malang plus, masih melanjutkan tugas. Kemarin sore mereka berangkat ke Nganjuk dari Tulungagung. Di wilayah Kodim Tulungagung, tim pimpinan Pace Morris tersebut mendatangi dan menjuri tiga babinsa finalis Brawijaya Awards.
Mereka adalah Sertu Asfahani yang membuka usaha rambak dan menyerap tenaga kerja warga sekitar, Serda Anwar yang melayani khitan gratis, dan Serda Ribut Juprianto yang menangani posyandu kesehaan jiwa. ”Berurusan dengan orang dengan gejala jiwa (ODGJ),” terang Morris.
Menurut Morris, menghadapi ODGJ harus dengan kesabaran yang luar biasa. ”Dan itu terlihat dari sosok bintara Ribut ini. Namanya saja yang ribut. Padahal, sosoknya sangat kalem. Nggak ribut blas,” kata Morris, lantas tertawa.
Morris melanjutkan, warga setempat bila menemui ODGJ yang berulah biasa mengatakan, ”Wah.., ngajak ribut ae.”
Maksud warga, bukan ribut (berkelahi), melainkan mengajak (Pak) Ribut.
Tim 3 yang berada di daerah tapal kuda kemarin sudah sampai di Banyuwangi. Mereka melakukan penjurian pada dua babisa. Yaitu, Serma Nurhadi dan Sertu Widi Hidayat. Nurhadi berkonsentrasi pada kategori peduli lingkungan dengan progra terumbu karang. Di kawasan desa binaannya, Desa Brangsring. ”Terumbu karangnya banyak yang rusak dan banyak penjarahan ikan laut hias di sana,” terang Nurhadi kepada tim juri.
Akhirnya, ia mengambil inisiatif dan mengedukasi warga tentang bahaya terumbu karang bila rusak. Termasuk ancaman kepunahan ikan-ikan hias di laut tersebut. ”Akhirnya masyarakat sadar dan ikut berperan mengembalikan ekosistem laut,” paparnya.
JURI dari akademisi Unair Yusuf Ernawan (kiri), Kasdim 0825 Banyuwangi Mustohir W.S., babinsa Desa Wangsring Serma M. Nurhadi, dan Ketua Tim Juri Taufiqur Rahman sedang mengobrol santai di Bangsring Underwater, Banyuwangi. -Rozaq-