JAKARTA, HARIAN DISWAY - Selama ini, peta politik di Pilpres 2024 didominasi tiga poros: Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Namun muncul juga rencana poros keempat yang memunculkan nama Ketum Golkar Airlangga Hartarto atau Ridwan Kamil.
Didik Junaidi Rachbini, Rektor Universitas Paramadina, mengamati bahwa partai-partai besar masa lalu seperti Golkar dan PAN memiliki kecenderungan untuk membentuk poros mereka sendiri dalam mendukung calon presiden. Mereka tidak mengikuti partai-partai yang telah mencalonkan presiden mereka sendiri, seperti PDIP-PPP yang telah mengusung Ganjar Pranowo, dan NasDem-Demokrat-PKS yang mendukung Anies Baswedan, serta Gerindra-PKB yang mengusung Prabowo Subianto.
Menurut Didik, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dibentuk Golkar, PAN dan PPP kemungkinan bakal bubar. Sebab PPP sudah beralih ke Ganjar Pranowo. Karena itu, ia menilai Golkar bakal memperkuat posisi dan elektabilitas mereka sendiri bersama PAN.
BACA JUGA:Suasana Pemakaman Sarwono Kusumaatmadja, Patriot Bangsa Penyelamat Lingkungan
BACA JUGA:Helikopter Bell 412 Jatuh di Kebun Teh Ciwidey, TNI-AD: Tak Ada Korban Jiwa
"Dalam momentum transisi, terdapat peluang besar bagi Golkar dan PAN untuk membentuk poros keempat guna memperkuat ketahanan partai," ujar Didik dalam rilisnya, Sabtu, 27 Mei 2023.
Didik Junaidi Rachbini, Rektor Universitas Paramadina.-Universitas Paramadina-
Ia berpendapat bahwa jika dua partai tersebut terus mengikuti jalur yang sama hingga tahun 2024, mereka tidak akan mendapatkan tambahan suara, kecuali jika mereka memperoleh jatah menteri di masa depan, dengan syarat calon presiden yang mereka dukung memenangkan pemilihan.
"Ini merupakan kesempatan bagi mereka untuk bergerak maju dengan mengusung pasangan mereka sendiri, sehingga menciptakan peta politik baru dengan empat pasangan dan koalisi baru antara Golkar dan PAN yang cukup kuat untuk mendukung mereka," ungkapnya.
Didik menyarankan Golkar mencalonkan Airlangga Hartarto sebagai calon presiden, dinamika partai tersebut akan tetap hidup selama masa pemilihan presiden, dari pada mengusung kader partai lain. Selain itu, wakil dari kader PAN juga dapat bergabung dengan Golkar.
"Terlebih lagi, jika Golkar secara strategis mengusung kader baru mereka, Ridwan Kamil, sebagai calon presiden, maka suara dari Jawa Barat akan menjadi milik mereka. Golkar akan mendapatkan keuntungan besar dalam demokrasi terbuka ini," kata Didik.
Didik juga mengingatkan bahwa koalisi yang lebih tersebar dapat menghindari dominasi kekuasaan yang otoriter seperti yang terjadi saat ini. Koalisi yang memiliki 82 persen kursi di parlemen mengancam demokrasi dengan pemerintahan dan aparat yang otoriter.
BACA JUGA:Gatot: Masa Jabatan Ketua KPK Bertambah, Bisa Berdampak Pada Jabatan Presiden
BACA JUGA:Messi Masuk Skuad Argentina ke Asia, Apakah Masuk Line Up Lawan Indonesia?
Strategi koalisi dalam pemilihan presiden seperti ini, dengan adanya poros baru keempat, kemungkinan akan membuat pemilihan presiden berlangsung dalam dua tahap atau memasuki putaran kedua. Dua pasangan akan melanjutkan, sementara partai-partai yang kalah akan berada di posisi ketiga dan keempat, dan mereka akan mempertimbangkan pembentukan koalisi baru.