Mereka semua disidang. Heboh di New York. Shandra diburu wartawan, di-interview. Dia ceritakan semuanya. Jadi berita headline koran dan TV. Berhari-hari.
Sejak itu Shandra terkenal. Diundang anggota parlemen, diwawancarai. Semua orang New York jadi tahu, Shandra sarjana keuangan, mantan analis trader Deutsche Bank, yang dijadikan pelacur.
Shandra: ”FBI menghubungkan saya dengan Safe Horizon, organisasi di New York yang membantu korban kejahatan dan pelecehan, termasuk penyintas perdagangan manusia.”
Safe Horizon membantu Shandra, memberikan penginapan. Itu membuat Shandra menetap di New York secara legal. Bahkan, Shandra dilibatkan ke pekerjaan menolong para korban human trafficking, pelecehan seksual. Pekerja sosial yang digaji.
Shandra dapat angin. Bagai hidup dari kematian. Dia gembira. Bekerja sangat giat. Menolong banyak korban human trafficking dari berbagai bangsa. Di hari libur pun dia bekerja.
Upaya Shandra (juga tim pekerja sosial di sana) diperhatikan parlemen. Tak kurang, parlemen membuat Undang-Undang The Survivors of Human Trafficking Empowerment.
Shandra sering diajak diskusi anggota parlemen. Dia diwawancarai Menteri Luar Negeri AS (waktu itu) John Kerry.
Sebagai hadiah dari pemerintah AS, pada 2004 keluarga Shandra diboyong ke sana. Pada 2010 mereka dapat izin tinggal tetap.
Sepuluh tahun kemudian, Natal 2014, Shandra menelepon Eddy. Tersambung. Shandra menceritakan semua ke Eddy, tapi baru beberapa kalimat, Eddy memotong pembicaraan.
”Saya tahu semuanya. Saya mengikuti berita. Saya sangat senang untuk Anda, bahwa Anda telah membuat hidup untuk diri Anda sendiri.”
Dilanjut: ”Jangan pernah berpikir untuk mengucapkan terima kasih kepada saya. Anda telah melakukan semuanya sendiri.”
Shandra: ”Tapi, tetap saya sangat berterima kasih kepadamu. Bantuanmu kepadaku tak kulupakan seumur hidupku.”
Shandra mengucapkan itu sambil menangis. Dia menganggap Eddy sebagai malaikat tak banyak omong.
Pada 2015 Shandra jadi anggota The White House Human Trafficking Survivors Empowerment. Dia berkantor di Gedung Putih, AS.
Kisah itu cuma 1 dari 1.900 mayat korban TPPO yang disebutkan Mahfud. Cuma satu itu yang mujur. Lainnya, ribuan orang mati.
Kini warga Indonesia menunggu Kapolri yang ditunjuk Presiden Jokowi sebagai ketua harian TPPO. Menunggu aksi Kapolri. (*)