Kejadian itu pun terdengar hingga ke telinga Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti. Ia mendatangi RS dr Soewandhi, Rabu, 31 Mei 2023.
BACA JUGA:6 RS Rujukan Untuk Jamaah Haji Indonesia
Saat Reni datang, mendadak ada empat ranjang di ICU yang kosong. Tapi, belum sempat dipindahkan, nyawa Asiasih sudah tidak tertolong. Menurut keterangan pihak RS, saat itu Asiasih sudah jatuh koma.
Sementara itu, Pihak RSUD mengeluarkan keterangan yang berbeda. Direktur RSUD Dr Soewandhie dr Billy Daniel Messakh mengatakan, saat pasien tiba di RS dr Soewandhi, pihak RS sudah menawarkan untuk dirujuk. Namun ditolak keluarga.
"Setiap penuh SOP-nya kita tawarkan rujuk, kalau tolak harus tanda tangan penolakan," terang Billy.
Ia menjelaskan, saat itu Asiasih didiagnosa mengalami gangguan paru-paru. Kondisinya sudah tidak stabil. Sekitar tanggal 30 Mei ditawarkan masuk ICU. Karena penuh kembali kita tawarkan rujuk. Tapi anaknya menolak.
BACA JUGA:Terhambat Karena Masalah Visa dan Kesehatan, Kemenag: Tertunda Bukan Berarti Gagal Berangkat
"Tanggal 29 Mei itu inden masuk ICU, urutan ke-6. Tanggal 31 Mei dia masuk inden pertama. Tapi karena kondisi tetap menurun kita selalu tawarkan rujuk atau menunggu, dia mau,” jelas Billy.
Billy juga menambahkan, sebenarnya saat itu sudah ada tempat di ruang ICU. Namun kondisinya pasien teru menurun. Ia lantas menerima laporan dari dokter penanggung jawab bahwa Asiasih sudah meninggal di ruang perawatan teratai.
Reni Astuti menyebut, harus ada perbaikan sistem yang terintegrasi dengan RS lain, bila penuh harus ke ICU lain yang masih. SOP ini harus dijalankan. "Semoga ini hanya terjadi kemarin. Perbaikan harus terus menerus dilakukan," harapnya.(*)