Rekor di Jawa Timur. Selama Juni 2023, ada 19 kasus pembunuhan dengan 24 orang tewas. Rata-rata dalam tiga hari, ada dua pembunuhan. Dari jumlah itu, empat kasus belum terungkap karena identitas korban juga belum terungkap. Polisi masih berjuang.
FAKTA itu memprihatinkan. Menakutkan masyarakat. Harapan masyarakat, bukan hanya keberhasilan polisi menangkap penjahat. Melainkan, juga mencegah sebelum kejahatan terjadi.
Konsep Polri yang ”presisi” (prediktif, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan) sangat ideal. Di situ ada upaya pencegahan permasalahan. Atau, pencegahan terjadi kejahatan. Maka, jumlah kasus itu terlalu banyak. Bahkan, ada tiga identitas korban yang belum terungkap akibat mutilasi.
BACA JUGA:Kasus di Mojokerto, Pembunuh Perkosa Mayat
BACA JUGA:Pembunuhan Mojosari, Tersangka Dukun dan Aji Pesugihan
Perincian pembunuhan seiring urutan waktu.
1) Minggu, 4 Juni 2023, dua tewas karena dicelurit di Desa Tanah Merah, Kecamatan Tanah Merah, Bangkalan, Madura.
Di sana delapan orang jadi tersangka. Salah satunya adalah anggota DPRD Bangkalan. Ia kabur dan polisi masih mengejarnya.
BACA JUGA:Tragedi Tanah Merah, Benarkah Carok?
2) Selasa, 6 Juni, Maimunah, 46, menggorok leher anaknya, inisial NJ, 6, sampai tewas di Jember.
Maimunah lalu bunuh diri dengan menggorok leher sendiri. Namun, nyawa Maimunah bisa diselamatkan. Dia dirawat di RSUD Kalisat.
3) Selasa, 6 Juni, Mohammad Razek, 34, warga Banyuates, Sampang, Madura, diculik, disekap, dibunuh, dikubur di Desa Ketapang Timur, Ketapang, Sampang.
Kuburan sedalam semeter itu mencurigakan. Kuburan lalu dibongkar. Kondisi mayat, kepala tertutup karung dan tangan-kaki terikat. Akhirnya, diketahui Razek dibunuh Mad Dehri, 70.
Motif: tersangka sakit hati ke korban karena mantan menantu tersangka diperistri korban.
4) Rabu, 7 Juni, sopir taksi online, Apris Fajar Santoso, 29, ditemukan tewas di piket nol Desa Sumberwuluh, Pronojiwo, Lumajang.