Indonesia Butuh Lithium Ion 758 Ribu Ton, Kementerian ESDM Bakal Gandeng Perusahaan Asing

Kamis 03-08-2023,09:00 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Noor Arief Prasetyo

“Jadi intinya sekarang dari aspek kementerian sedang melakukan struktur akhir dari LG yang sudah dicanangkan,” ujarnya. Ia optimistis kemitraan itu akan terjalin. Mengingat LG juga sudah investasi di sektor hilir untuk memproduksi sel baterai bersama Hyundai. Sekarang, tinggal sektor produksi prekursor saja. 

Toto yakin LG tidak akan mundur dalam proyek hilirisasi mineral di Indonesia. Apalagi sampai mengimpor bahan baku baterai kendaraan listrik dari negara asalnya. Baik untuk katoda maupun anoda.

Sebab, begitu LG sudah membangun pabrik baterai di sini, mereka harus memberikan suplai. “Itulah kenapa nanti harus ada pasokan dari Indonesia terkait bahan bakunya,” ungkapnya.

Sebelumnya, pemerintah menargetkan produksi baterai lithium untuk kendaraan listrik di dalam negeri pada kuartal II 2024. Bahkan, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan sempat menyebut target awal produksi sebanyak 3 juta unit. Adapun pabrik baterai tersebut akan dibangun di Kawasan Industri Hijau, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. 

Dengan modal tersebut, Luhut optimistis Indonesia bisa menjadi produsen baterai kendaraan listrik terbesar. Setidaknya di peringkat kedua setelah Tiongkok. Tentu bila semua berjalan sempurna.

Indonesia baru saja menambahkan impor lithium dari Australia sebanyak 60 ribu ton. Total mencapai 120 ribu ton. Bahwa 60 ribu ton awal disepakati akan diproses di Morowali setiap tahun. Setidaknya mulai tahun depan. 

Namun, kata Luhut, tambahan 60 ribu ton kedua disertai syarat. Bahwa Australia harus turut terlibat dalam proyek hilirisasi produksi baterai kendaraan listrik di Indonesia. Yakni dengan memiliki ekuitas. (*)

 

Kategori :