HARIAN DISWAY - Cita-cita Prof Dr Phil Toetik Koesbardiati sederhana. Menjadi guru atau petani bunga. Lantas, jika pada 27 Juli 2023 lalu dia dikukuhkan menjadi guru besar Universitas Airlangga yang ke-585, maka salah satu cita-citanya telah terwujud.
Saat Totok -panggilannya- diterima kuliah di Universitas Hamburg, di Hamburg, Jerman, yang paling bungah setelah Totok tentu saja Prof Dr Habil Josep Glinka. Hampir semua persiapan tahapan Prof Glinka ada. Misalnya ketika mengambil kursus bahasa Jerman di Goethe Institute lalu mengirimkan lamaran melalui DADD. Dia jugalah yang membantu Totok untuk memintakan rekomendasi dari banyak profesor di antaranya Prof. Dr. med. Puruhito, dr., Sp.B-BTKV(K). T ermasuk Dekan FISIP Unair yang ketiga yakni Drs Johannes Dwi Narwoko MA. ”Prof Glinka selalu mendorong. Kamu bisa kamu bisa. Kalau kamu enggak cerdas kamu bisa rajin. Kalau kamu enggak pintar kamu bisa tekun. Itu terus yang ia dengungkan,” katanya.Kegiatan Prof Dr Phil Toetik Koesbardiati di lapangan sebagai pakar di bidang antropologi ragawi sangat membuat ia senang. -Toetik K- Support Prof Glinka pada anaknya -yakni para asisten- memang tak pernah separuh-separuh. Meskipun akan ditinggalkan Totok, tapi Prof Glinka tetap tenang menjalankan tugasnya mengajar di Program Studi (prodi) Antropologi FISiP Unair. Pertama mata kuliah masih tetap lima sehingga tak banyak menyita waktunya. Meskipun menurut Totok tetap berat karena Prof Glinka sudah semakin tua. Kedua tentu saja karena masih ada asistennya yang ketiga yakni Dr Lucy Dyah Hendrawati H., S.Sos., M.Kes. sebagai asisten. Sementara pertama Prof. Myrtati Dyah Artaria, Dra., MA., Ph.D itu sedang studi di Amerika Serikat. Dorongan Prof Glinka itu tentu saja besar karena sebagai orang yang ingin mengembangkan antropologi ragawi di Unair, Prof Glinka menginginkan ada yang menguasai ilmu-ilmu tertentu dalam bidang antropologi. Pemilihan negara yang berbeda untuk studi asisten-asistennya pun dipertimbangkan agar antropologi ragawi akan berjalan dengan berbagai perspektif. Jangan sampai berasal dari madzab yang sama. Ketika Totok lolos seleksi kuliah di Universitas Hamburg, reaksi Prof Glinka senang bukan main. Kepada saya Totok mengulang kalimat itu berkali-kali. “Senang bukan main dia,” katanya. Tapi buat Totok, ada reaksi Prof Glinka yang lucu. Sebagai orang yang menyukai musik klasik, Prof Glinka bilang bahwa Totok akan senang sekali di Jerman justru karena akan bisa melihat pertunjukan musik. ”Totok kamu bisa datang dan melihat sendiri. Kamu nanti akan senang di Jerman,” kata Totok menirukan rasa gembira Prof Glinka. Sebagai guru besar, kebungahan itu juga milik FISIP Unair. Totok adalah guru besar keempat. Itu pun seorang telah meninggal yakni Prof. Dr. Drs. Laurentius Dyson Penjalong, MA yang dikukuhkan pada 2005. Lalu Prof. Myrtati Dyah Artaria, Dra., MA., Ph.D yang dikukuhkan pada 2016. Disusul Prof Dr Rustinsyah Dra MSi pada 2022. Dalam pengukuhan guru besar yang berlangsung di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen, Kampus C Unair, pada 27 Juli 2023 lalu, Prof. Dr. Bagong Suyanto, Drs., M.Si termasuk yang sangat menyambut gembira. Pasalnya, Totok adalah guru besar FISIP yang ke-22. dua. “Ini pasokan SDM yang berkualitas bagi FISIP dan diharapkan mengilhami dosen yang lain untuk meraih guru besar,” katanya. Sementara Prof Myrtati menyatakan bahwa hal itu mewujudkan impian Prof Glinka. ”Ketika Prof Glinka memilih asisten kedua, beliau bertanya siapa di antara nama-nama yang beliau sebut yang telah biasa bekerja sama dan berkawan dengan aku. Karena aku teman akrab Totok waktu itu, maka aku sangat senang bahwa nama dia ada di sana. Kami biasa melekan hanya buat ngobrol ngalor ngidul, nyanyi-nyanyi bareng diiringi gitar, kadang juga main ke pantai bareng,” katanya. Karena itu Myrtati ikut bangga dengan pencapaian Totok. ”Tentu dengan adanya guru besar di bidang paleontropologi akan sangat menguntungkan karena misal tentang teori out of Africa ataukah multiregional evolution, Totok akan mempunyai kontribusi pendapat berdasar penelitian-penelitiannya. Semua pencapaian pasti merupakan hasil dari kerja keras. Demikian juga dengan dia,” kata Mita, panggilan akrabnya.
Kenangan Prof Dr Phil Toetik Koesbardiati bersama Prof Dr Habil Josep Glinka, sosok yang ia sebut mahaguru yang mendorongnya menjadi guru besar. -Toetik K- Prof Myrtati sendiri dikukuhkan sebagai guru besar bidang ilmu antropologi. Prosesi pengukuhan berlangsung di tempat yang sama dengan Totok. Mita merupakan guru besar yang ke-450. Jika dihitung sejak Unair berstatus Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH), Mita merupakan guru besar yang ke-158. Dalam pidato pengukuhannya Prof Myrtati menyampaikan pidato dengan judul Identifikasi Individu Tak Beridentitas di Indonesia. BACA JUGA: Toetik Koesbardiati, Profesor Bidang Ilmu Paleoantropologi (9): Memilih Asisten Ketiga untuk Prof Glinka Sementara bagi Departemen Antropologi sendiri, keberadaan Totok sebagai guru besar tentu saja akan sangat membuat kekuatan SDM makin mumpuni. Hal itu diungkapkan Kepala Departemen Antropologi Pudjio Santoso, Drs., M.Sosio. Setelah Totok dia berharap akan ada guru besar antropologi lagi. ”Saat ini memang belum ada tanda-tandanya. Tapi ada yang saya dorong untuk segera menyiapkan mulai sekarang. Ada yang cukup rajin mengejar penelitian dan publikasi scopus dan usia pensiun juga masih panjang. Sebenarnya yang senior ada peluangnya tapi sudah akan masuk purna tugas dalam waktu dekat setidaknya pada 2025. Tapi jika bisa mengejar publikasi scopus dalam jumlah yang memadai sesuai yang dipersyaratkan tim penilai angka kredit ya masih terkejar,” bebernya. (*) Indeks: Sumbangsih Prof Dr Phil Toetik Koesbardiati pada antropologi ragawi, baca selanjutnya…