Teroris yang Penjahit Akan Sasar Polisi

Selasa 08-08-2023,17:14 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Dilanjut: ”Dari pengakuan lima tersangka, mereka juga merencanakan meledakkan Mapolresta Surakarta dalam waktu dekat. Namun, terhalang, karena belum ada pengantin yang siap. Jadi, mereka masih menyasar polisi.”

Bahrawi alumnus Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil, Bangkalan. Ia kini tenaga ahli pencegahan radikalisme, ekstremisme, dan terorisme Mabes Polri. Saat ceramah, uraiannya detail dan berbasis sejarah.

Dikutip dari NUOnline, 28 Juni 2022, Bahrawi menjelaskan kata kunci dalam agama yang dimanfaatkan untuk radikalisme terorisme.

Bahrawi: ”Kunci itu adalah konsep kematian, dogma, dan membuat kekuasaan di akhir zaman.” 

Tiga hal dalam agama itu bisa ditunggangi untuk kepentingan politik. ”Sebagaimana tragedi terbunuhnya Sayidina Utsman bin Affan r.a. atas konspirasi Muhammad bin Abu Bakar dengan orang Mesir yang mengatasnamakan agama,” katanya.

Dari tragedi itu, berkembang sampai sekarang sehingga berpotensi memecah belah umat Islam sendiri. ”Padahal, itu semua hanya bagian dari persoalan tafsir,” ucapnya.

Dilanjut: ”Kita tahu, ajaran-ajaran ateisme bersumber dari Arab pada kejayaan Islam. Seperti Abu Al-A’la Al-Ma’arri seorang filsuf, penyair, dan penulis buta yang memegang kontroversi pandangan tak beragama. Ada juga Abu Bakar Al-Razi yang memiliki paradigma teosentris sekaligus menolak konsep kenabian, sehingga ia divonis Al-Mulhid.”

Menurutnya, kini tradisi yang dicontohkan para pendahulu sudah hilang. Seumpama, jika ada kekeliruan dalam tahlilan, maulidan, dan sejenisnya, langsung divonis bid’ah, kafir, dan sebagainya.

Bahrawi: ”Mestinya ada diskursus pemikiran dan keilmuan agar tidak saling mengafirkan, membenci, dan sejenisnya. Oleh karena itu, mari kita selamatkan dan memajukan Islam dengan ilmu pengetahuan, bukan dengan politik.”

Meski kebanyakan pelaku teroris di Indonesia orang miskin, ia tak setuju bahwa kemiskinan penyebab munculnya teroris. ”Intinya, persoalan tafsir kitab,” ujarnya.

Itu juga selaras dengan pendapat putri Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid), Alissa Wahid. Tapi, Alissa sepakat, teroris adalah penjahat yang memanfaatkan agama. Penyebabnya beragam, tapi tidak terkait kemiskinan pelaku.

Alissa di program D’Rooftalk, 30 Maret 2021, mengatakan soal itu. 

”Warga NU bercanda begini: Kalau alasan orang radikal adalah miskin, harusnya yang radikal itu orang-orang NU, dong. Karena orang NU banyak yang miskin. Tapi kan enggak. NU, kita tahu, pandangan agamanya justru yang paling moderat. Jadi, teroris bukan akibat kemiskinan.”

Penangkapan lima terduga teroris di Boyolali dan Sukoharjo itu membuat masyarakat lega. Meskipun, ada terduga lain yang masih diburu Densus 88.

Betapa pun, kini masyarakat sudah muak pada teroris. Beda dengan satu-dua dekade lalu, saat Bom Bali, sebagian masyarakat (diam-diam) bersimpati kepada teroris. Kini tidak lagi. (*)

 

Kategori :