Penelitian yang banyak dilakukan Yasin biasanya terkait dengan sensor fiber optic, yaitu berkaitan dengan deteksi berbagai hal. Mulai parameter fisika, kimia, hingga bidang medis ataupun food safety. Yasin juga melakukan penelitian untuk pengujian bahan pengawet dan makanan serta mengembangkan aplikasi dalam bidang medis untuk mendeteksi kelainan detak jantung.
Tidak hanya mengembangkan diri di bidang ilmu murni fisika, Yasin dikenal sebagai akademisi yang menghasilkan karya-karya terapan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Di tangan Yasin, fisika –yang di mata orang awam dikenal sebagai bidang ilmu murni yang kering dan hanya berkaitan dengan praktik di laboratorium yang membosankan– ternyata terbukti merupakan bidang ilmu yang menarik, aplikatif, dan berguna bagi kesejahteraan manusia.
Warisan Keteladanan
Pak Yasin, salah seorang sahabat kami yang terbaik, kini telah tiada. Kami, para dekan dan kolega di Universitas Airlangga, tentu berduka karena kehilangan salah seorang teman yang membanggakan dan sederhana itu. Di balik prestasinya yang telah mendunia, Yasin adalah sosok yang humble. Itu adalah warisan yang sangat berharga bagi kami.
Di balik munculnya sikap sebagian guru besar yang sering kali jemawa dan merasa sudah ahli segala-galanya tatkala mereka meraih gelar guru besar, Yasin mengisi hari-harinya dengan berkarya dan berkarya dalam diam.
Keriuhan dan euforia sebagian dosen yang merasa telah berhasil mencapai puncak karier menjadi guru besar, bagi Yasin, semuanya adalah hal yang biasa. Tugas guru besar, di mata Yasin, adalah bagaimana memberikan manfaat bagi kehidupan akademik dengan cara tekun meneliti dan menulis mendeseminasikan apa yang dihasilkan ke khalayak akademik.
Saya ingat betul, ketika kami memuji semua prestasi yang berhasil dicapai Yasin sebagai seorang intelektual dunia, yang bersangkutan biasanya hanya senyum-senyum malu dan menyatakan ”Ah… biasa saja. Saya hanya membaca tabel dan gambar saja. Semua orang pasti bisa melakukan.”
Sama sekali tidak ada kesan sombong. Yasin bukanlah guru besar yang sekali menulis kemudian tidak lagi menghasilkan apa-apa. Hari-hari Yasin selalu diisi dengan menulis dan menulis artikel ilmiah.
Meski Pak Yasin kini telah tiada, apa yang telah dilakukan dan ditinggalkan sesungguhnya adalah sebuah keteladanan. Kami, para dekan di lingkungan Universitas Airlangga, selama ini banyak belajar dari apa yang dilakukan dekan FST ini.
Justru dalam diam, Yasin terus berkarya. Selamat jalan, Kawan. Terima kasih telah mengajarkan pada kami bahwa salah satu tugas guru besar dan dosen adalah terus berproduksi: menulis karya akademik yang bisa ditinggalkan menjadi warisan yang berharga bagi umat manusia. (*)
Bagong Suyanto, dekan FISIP Universitas Airlangga