HARIAN DISWAY - Biaya sewa tempat tinggal paling tinggi di dunia kini bukan lagi New York. Melainkan Tokyo.
Karena tarif semakin tak terjangkau, banyak pengembang di ibu kota Jepang itu yang membuat apartemen yang superkecil. Hanya cukup untuk satu orang. Dan laku keras.
Salah seorang penyewanya adalah Asumi Fujiwara. Karyawati sebuah klub bisbol di Tokyo. Setelah seharian yang berat di tempat kerja, Asumi Fujiwara hanya ingin beristirahat.
Setiba di rumah, dia akan berganti piyama, lalu berolahraga ringan. Dia menggelar matras yoga vinil di lantai. Di depan toilet. Di sela-sela kitchen set yang berhadapan dengan meja kerja.
BACA JUGA: Bekas Townhouse Taylor Swift di New York City Disewakan, Berapa Tarif Sewanya?
Space kosong di lantai itu begitu sempit. Tak lebih dari 0,5 meter kali 1,5 meter. Hanya pas buat untuk menampung matrasnya. Saat melakukan pose warrior, posisi tangan yang harusnya terentang harus dilipat sedikit.
’’Aku harus memodifikasi poseku. Kalau enggak, bakal nabrak sesuatu,’’ kata Fujiwara, dalam wawancara dengan The New York Times beberapa waktu lalu.
KOS MAHAL, anak muda Tokyo pilih tinggal di apartemen mikro mungil, hanya selebar tikar dijejer tiga! Asumi Fujiwara melakukan yoga di apartemennya yang supersempit.-Asumi Fujiwara untuk The New York Times-The New York Times
Tempat tinggal Fujiwara memang sangat mungil. Ultra mungil bahkan. Luasnya tak lebih dari 9 meter persegi. Dengan harga tanah yang supertinggi di area metropolitan paling padat di dunia, Tokyo memang terkenal dengan rumahnya yang kecil-kecil.
BACA JUGA: Rumah Berkonsep Bunker untuk Tiga Generasi
Namun, tren mikro apartemen ini benar-benar ekstrem. Saking kecilnya, luasnya hanya setara dengan tatami—tikar khas Jepang—dijejer tiga.
Apartemen itu bukan buat mereka yang tidak punya uang. Harga sewanya USD 340 sampai USD 630 sebulan. Atau setara dengan Rp 5,1 juta hingga Rp 9,5 juta. Yang lebih murah dari itu ada. Namun, bisa dipastikan bangunannya tua. Dan lokasinya di pinggiran kota banget.
Sedangkan mikro apartemen itu merupakan bangunan modern. Lokasinya juga dekat dengan kawasan-kawasan trendi di pusat kota Tokyo. Seperti Harajuku, Nakameguro, dan Shibuya. Juga dekat dengan stasiun kereta bawah tanah.
Dua per tiga penghuninya adalah profesional muda usia 20an. Yang penghasilannya minimal USD 17 ribu (setara dengan Rp 258,4 juta) setahun.
KOS MAHAL, anak muda Tokyo pilih tinggal di apartemen mikro mungil, hanya selebar tikar dijejer tiga! Asumi Fujiwara melakukan yoga di apartemennya yang supersempit.-The New York Times -
BACA JUGA: Rita Ora Merawat Rumah Cagar Budaya di London Utara yang Flamboyan dan Menawan
Mereka tertarik dengan sewa yang murah, lokasi strategis, dan minimnya deposit yang harus dibayarkan. Di tempat kos atau rumah kontrakan, biasanya tuan rumah meminta dana senilai tiga bulan sewa.
Bagaimana soal space yang sangat sempit? Tidak masalah. Anak-anak muda rupanya tidak terganggu dengan itu. Toh, mereka tidak sering menerima tamu. Kalau ingin bertemu teman, mereka janjian di kafe atau taman.
Fujiwara, yang sudah dua tahun tinggal di apartemen mikro, bahkan tidak pernah mengajak pacarnya menginap. ’’Rumah ini khusus untukku,’’ ujar dia.
BACA JUGA: Sensasi Tinggal di Kamar Perempuan Penghibur di Moulin Rouge
Anak-anak muda itu umumnya bekerja dalam waktu lama. Rumah, bagi mereka, hanya digunakan untuk tidur. Untuk makan pun, mereka lebih suka makan di luar, beli di minimarket, atau memanfaatkan layanan pesan antar. So, tidak perlu dapur besar.
Yugo Kinoshita, 19, juga sangat menikmati tinggal di apartemen mikro. Hari-harinya dihabiskan untuk kuliah. Lalu dilanjutkan bekerja paro waktu di sebuah restoran. Shift-nya baru selesai pukul 22.30.
KOS MAHAL, anak muda Tokyo pilih tinggal di apartemen mikro mungil, hanya selebar tikar dijejer tiga! Yugo Kinoshita bekerja di apartemennya yang supersempit.-Yugo Fujiwara untuk The New York Times.-The New York Times